BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Membaca
pemahaman merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam rangka memperoleh
ilmu pengetahuan, informasi, serta memperoleh hiburan. Banyak informasi direkam
dan dikomunikasikan melalui media tulis. Oleh karena itu, membaca pemahaman
merupakan salah satu cara meningkatkan pengetahuan dan informasi.
Kemampuan
membaca pemahaman merupakan bekal dan kunci keberhasilan siswa dalam menjalani
proses pendidikan. Sebagian besar pemerolehan ilmu dilakukan siswa melalui
aktivitas membaca. Ilmu yang diperoleh siswa tidak hanya didapat dari proses
belajar mengajar di sekolah, tetapi juga melalui kegiatan membaca dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan membaca dan kemampuan
memahami bacaan menjadi bagian penting dalam penguasaan dan peningkatan ilmu
pengetahuan siswa.
Membaca permulaan merupakan tahapan
proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk
memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan
dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan
baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang
menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan
bahasa dalam pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak
yang masih senang bermain. Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan
kognitif dan sosial anak.
1.2. Rumusan Masalah
Sehubungan
dengan latar belakang tersebut, maka masalahnya akan dirumuskan sebagai berikut
yaitu” Bagaimana cara meningkatkan kesiapan dan tujuan membaca”
1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan adalah untuk
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dan membaca permulaan, dan Untuk menyelesaikan salah satu tugas
mata kuliah Pend. Bahasa Indonesia
1.4.
Metode
Penulisan
Dalam
penulisan makalah ini kami sebagai penulis menggunakan metode Daftar Pustaka,
mencari dari berbagai media, baik dari media elektronik maupun media cetak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
MEMBACA
2.2.
Hakikat Membaca
Membaca
merupakan salah satu keterampilan berbahasa dari empat keterampilan berbahasa
yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Tarigan, 1990: 1). Pengertian
membaca menurut Emerald V Dechant (dalam zuchdi, 2007:21) adalah proses
pemberian makna terhadap tulisan. Ada berbagai definisi tentang membaca
sebagaimana yang dikemukakan oleh Burns, dkk (1984: 11) “reading is a complex
act that must be learned. It is also a means by which further learning takes
place. In other words, a person learns to read and reads to learn”.
Kutipan tersebut menegaskan bahwa “membaca merupakan suatu perilaku kompleks
yang harus dipelajari dan merupakan alat untuk pembelajaran yang lebih lanjut.
Jadi, belajar untuk membaca dan membaca untuk belajar”.
Hal
senada juga diungkapkan oleh Rahim (2008: 2), dia berpendapat bahwa MEMBACA merupakan sesuatu yang rumit yang melibatkan
banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan
aktivitas visual, berpikir, psikolingualistik, dan metakognitif. Pembaca perlu
berperan aktif dalam merespon sumber bacaan. Pernyataan yang sama juga
disebutkan oleh Crawley dan mountain (dalam Rahim, 2008:2) suatu yang rumit
yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga
melibatkan aktifitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Oleh
sebab itu, menegaskan kepada guru bahwa membaca bukan perilaku pasif melainkan
ada energi intelektual yang harus dikembangkan.
Beberapa
definisi membaca tersebut maka dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan aktivitas
pembelajaran yang memerlukan interaksi aktif terhadap bacaan sehingga
memperoleh makna dan pemahaman dari apa yang dibaca. Membaca merupakan
interaksi antara pembaca dan penulis. Interaksi tersebut tidak langsung, namun
bersifat komunikatif. Komunikasi antara pembaca dan penulis akan makin baik,
jika pembaca mempunyai kemampuan yang lebih baik.
Pembaca hanya dapat berkomunikasi dengan karya
tulis yang digunakan oleh pengarang sebagai media untuk menyampaikan gagasan,
perasaan, dan pengalamannya. Dengan demikian pembaca harus mampu menyusun
pengertian-pengertian yang tertuang dalam kalimat kalimat yang disajikan oleh
pengarang sesuai dengan konsep yang terdapat pada diri pembaca.
BAB III
3.1.
STRATEGI MEMBACA PEMAHAMAN
3.2. Hakikat
Membaca Pemahaman
Nuttal
(dalam Fifin, 2007: 15) mendefinisikan membaca pemahaman sebagai suatu proses
interaksi antara pembaca dengan teks dalam suatu peristiwa membaca. kegiatan
atau membaca yang penekanannya diarahkan pada keterampilan dan menguasai isi
bacaan. Pembaca harus mampu menguasai dan memahami bacaan yang dibacanya. Dalam
hal ini, unsur yang harus ada dalam setiap kegiatan membaca adalah pemahaman.
Kemampuan membaca pemahaman merupakan seperangkat keterampilan pemerolehan
pengetahuan yang digeneralisasikan, yang memungkinkan orang memperoleh dan
mewujudkan informasi yang diperoleh sebagai hasil membaca bahasa tertulis
(Bormouth dalam Zuchdi, 2007: 22). Untuk memperoleh pemahaman yang tepat
tentang suatu bacaan, pembaca harus memanfaatkan informasi yang telah dimilikinya,
yakni informasi yang diperoleh selama menjalani kehidupannya, hasil bacaan
sebelumnya, dan sumber-sumber informasi lainnya. Kesempurnaan hasil membaca
siswa dapat tercapai, jika siswa mampu menghubungkan informasi baru yang ada
dalam bacaan dengan latar belakang atau pengetahuan yang telah dimilkinya.
Bormouth
(dalam Fifin, 2007:16) menyatakan bahwa “pemahaman merupakan seperangkat
ketrampilan pemerolehan pengetahuan yang digeneralisasi, yang memungkinkan
orang memperoleh dan mewujudkan informasi yang diperoleh sebagai hasil membaca
bahan tertulis. Hal tersebut dapat juga dikatakan bahwa kegiatan
membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak
lain melalui sarana tulisan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses dapat
memahami isi bacaan, mencari hubungan antar hal, hubungan sebab akibat,
perbedaan dan persamaan antar hal dalam wacana, mengklarifikasi
kebingungan, menyimpulkan bacaan, dan merefleksikan hal-hal yang telah
dibaca. Membaca pemahaman bukanlah teknis atau membaca indah, melainkan
membaca untuk mengenal atau menemukan ide baik yang tersurat maupun yang
tersirat. Proses ini melibatkan faktor kecerdasan dan pengalaman
pembaca, keterampilan bahasa, dan penglihatan.
3.3.
Prinsip Membaca Pemahaman.
Proses
membaca sering terdapat berbagai hal yang dapat menganggu keberhasilan membaca.
Ada beberapa prinsip membaca untuk mencapai tujuan dari membaca itu sendiri.
Menurut
McLaughlin dan Allen (melalui Rahim, 2008:4) ada beberapa prinsip membaca yang
dapat mempengaruhi membaca pemahaman sebagaimana yang dikemukakan sebagai
berikut: (1) pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial, (2) keseimbangan
kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan
pemahaman, (3) guru membaca yang profesional (unggul) memengaruhi belajar
siswa, (4) pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif
dalam proses membaca, (5) membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang
bermakna, (6) siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks
pada berbagai tingkat kelas, (7) perkembangan kosa kata dan pembelajaran
memengaruhi pemahaman membaca, (8) pengikut sertaan adalah suatu faktor kunci
pada proses pemahaman, (9) strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan,
(10) assessmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman Hal
senada juga diungkapkan oleh Burns, Roe dan Ross (1984: 20-24) tentang
prinsip-prinsip membaca pemahaman yang akan membantu guru dalam perencanaan pembelajaran
membaca. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: (1) membaca adalah perilaku
kompleks yang mempertimbangkan beberapa faktor, (2) membaca adalah interpretasi
makna dari simbol-simbol tertulis, (3) tidak ada satupun cara yang tepat untuk
mengajarkan membaca, (4) pembelajaran membaca adalah suatu proses
berkelanjutan, (5) siswa diajarkan keterampilan-keterampilan pengenalan kata
yang akan membebaskan mereka dalam hal pengucapan dan makna dari kata-kata yang
tidak familiar, (6) guru harus mendiagnosa kemampuan membaca masing-masing
siswa serta menggunakan diagnosis tersebut sebagai dasar rencana pembelajaran,
7) membaca dan kesenian bahasa lain saling berhubungan erat, 8) membaca adalah
suatu bagian integral dari seluruh isi pembelajaran dalam program pendidikan,
9) siswa perlu memahami kenapa membaca itu penting, 10) kesenangan membaca
harus diperhatikan sebagai kepentingan yang paling utama.
Berdasarkan
prinsip-prinsip membaca pemahaman diatas maka peranan guru sangatlah besar
dalam mencapai kesuksesan pembelajaran. Khususnya, pada siswa sekolah dasar
sehingga siswa dapat memahami wacana atau bacaannya dengan lebih bermakna.
3.4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman
Pembaca
dapat menguasai bacaan dengan baik apabila mereka menguasai segi-segi kemampuan
yang diperlukan dalam membaca. Ada dua faktor yang mempengaruhi kemampuan
membaca pemahaman, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri dan faktor yang
berasal dari luar pembaca. Pearson dan Johnson (dalam Zuchdi, 2000: 23-24) menyatakan
bahwa: faktor-faktor yang berada dalam diri pembaca meliputi kemampuan
linguistik (kebahasan), minat (seberapa besar kepedulian pembaca terhadap
bacaan yang dihadapinya), motivasi (seberapa besar kepedulian pembaca terhadap
tugas membaca atau perasaan umum mengenai membaca dan sekolah), dan kumpulan
kemampuan membaca (seberapa baik pembaca dapat membaca).
Faktor-faktor
di luar pembaca dibedakan menjadi dua kategori unsur-unsur bacaan dan
lingkungan membaca. Unsur-unsur pada bacaan atau ciri-ciri tekstual meliputi
kebahasan teks (kesulitan bahan bacaan), dan organisasi teks (jenis pertolongan
yang tersedia berupa bab dan subbab, susunan tulisan, dsb). Kualitas lingkungan
membaca meliputi faktor-faktor: persiapan guru sebelum, pada saat, atau suasana
umum penyelesaian tugas (hambatan, dorongan, dsb). Semua faktor ini tidak
saling terpisah, tetapi saling berhubungan. Penjelasan tersebut menunjukkan
tampak jelas bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca seseorang
pada hakikatnya tidaklah tunggal. Semua faktor tersebut saling berkaitan satu
sama lain. Kemampuan membaca pemahaman seseorang berhasil dengan baik apabila
mereka menguasai faktorfaktor yang diperlukan dalam kegiatan membaca pemahaman.
3.5.
Tes Kemampuan Membaca Pemahaman
Dasar
penyusunan tes membaca pemahaman dalam penelitian ini berdasarka pada taksonomi
Burret. Taksonomi Burret merupakan taksonomi yangn khusus diciptakan untuk tes
kemampuan membaca pemahaman. Robinson (1968: 19-23) menyatakan tingkat pemahaman
bacaan berdasarkan taksonomi Burret dalam membaca pemahaman adalah sebagai
berikut:
1)
Pemahaman Harfiah
Pemahaman
harfiah memberikan tekanan pada pokok-pokok pikiran dan informasi yang secara
gamblang diungkapkan dalam wacana. Tujuan membaca dan pertanyaan yang dirancang
untuk memancing jawaban. Mulai dari pertanyaan yang sederhana sampai pertanyaan
yang pelik.
2)
Mereorganisasi
Mereorganisasi
ditujukan agar siswa menganalisis, mensintesis, dan mengorganisasikan pikiran
atau informasi yang dikemukakan secara eksplisit didalam wacana. Pada tingkat
ini dapat dilakukan dengan memparafrasekan atau menterjemahkan kata-kata yang
belum dimengerti oleh siswa.
3)
Pemahaman Inferensial
Pemahaman
inferensial yang ditunjukkan oleh siswa apabila ia menggunakan hasil pemikiran
atau informasi secara gamblang dikemukakan dalam wacana, intuisi, dan
pengalaman pribadinya. Pemahaman inferensial tersebut, pada umumnya dirancang
oleh tujuan membaca dan pertanyaanpertanyaan yang menghendaki pemikiran dan
imajinasi siswa. Tugas-tugas dalam pemahaman inferensial adalah menarik detail
penguat, menyimpulkan pikiran utama, menarik kesimpulan tentang urutan, menyimpulkan
perbandingan, menyimpulkan sebab akibat, menarik kesimpulan tentang watak,
menerka kelanjutan, dan menafsirkan bahasa kias.
4) Evaluasi
Tujuan
membaca, pertanyaan, dan jawaban guru dalam hal ini adalah meminta respon siswa
yang menunjukkan bahwa ia telah mengadakan tinjauan evaluasi dengan
membandingkan buah pikiran yang disajikan didalam wacana dengan kriteria luar
yang berasal dari pengalaman dan pengetahuan siswa, atau nilai-nilai dari siswa
sebelum proses belajar mengajar menggunakan teknik ini diterapkan.
5) Apresiasi
Apresiasi
melibatkan seluruh dimensi kognitif yang telah disebutkan sebelumnya, karena
apresiasi berhubungan dengan dampak psikologis dan estetis terhadap pembaca.
Apresiasi menghendaki supaya pembaca secara emosional dan estetis peka terhadap
suatu karya dan memintanya bereaksi terhadap nilai dan kekayaan unsur-unsur
psikologis dan artistik yang ada dalam karya itu. Apresiasi ini mencakup
pengetahuan tentang respon emosional terhadap teknik-teknik, bentuk-bentuk,
gaya serta struktur sastra.
3.6.
Strategi KWL
Teknik
ini guru membimbing siswa untuk dapat mengaktifkan pengetahuan latarnya
(skematanya) dan meningkatkan kemenarikan topik dalam teks terhadap siswa. Hal
ini disebabkan oleh adanya kegiatan menginterpretasi makna yang terdapat dalam teks
dan penyusunan rangkuman hasil membaca yang berisi kombinasi antara isi bacaan dan
skemata siswa. Kegiatan Pembelajaran dalam teknik KWL ini dibagi menjadi tiga tahapan.
Tierney
(dalam Ririn, 2008:39-41) menjelaskan tiga tahapan besar tersebut. Pertama, tahap
K (What I Know “apa yang saya pelajari”). Siswa diajak bercurah pendapat
tentang tema, topik, judul, dan ilustrasi atau gambar-gambar yang terdapat dalam
teks. Dengan aktivitas itu skemata pembaca menjadi aktif kembali, sehingga pemahaman
akan lebih mudah dicapai oleh pembaca. Disamping itu guru juga mengaktifkan
skemata siswa tentang bahasa yang digunakan dalam teks. Pengaktifan skemata
bahasa dilakukan dengan mengangkat berbagai istilah, kata, frase, atau kalimat yang
merupakan kunci dalam memahami isi yang terkandung dalam teks bacaan. Kegiatan
tahap K ini akan menghasilkan sebuah jaring laba-laba. Isi jaring laba-laba ini
mencakup tema, topik-topik, sub-subtopik, serta beberapa detail dari subtopik
yang dipandang perlu. Curah pendapat tidak perlu sampai pada semua detail dari
setiap subtopik yang ada, karena akan terlalu banyak menyita waktu. Guru perlu
terlebih dahulu merancangnya secara lengkap dan luas sebelum melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
Kedua,
tahap W (What I Want to learn “apa yang ingin saya pelajari”). Guru mengidentifikasi
berbagai hal yang bagi siswa merupakan hal yang menarik, kurang dipahami,
meragukan, atau menjadi silang pendapat. Guru menyusun sejumlahpertanyaan yang
merupakan tujuan dari kegiatan siswa membaca. Akan lebih praktis apabila
sejumlah pertanyaan tersebut disusun sebelum pembelajaran, karena apabila disusun
dalam pembelajaran akan menyita waktu yang lebih banyak. Apa bila ada tambahan
pertanyaan, guru tinggal menambahkannya.
Fase ini
membimbing aktivitas membaca menjadi aktivitas yang bertujuan dan pikiran siswa
akan lebih terfokus pada hal-hal yang hendak dicarinya dalam teks. Tanpa adanya
tujuan yang hendak dicari, pikiran siswa akan bias, sehingga sulit merekam informasi-informasi
penting yang terdapat dalam teks. Tahap ini dapat juga dikatakan sebagai tahap
untuk meningkatkan keingintahuan siswa terhadap informasi-informasi yang akan
disampaikan penulis melalui teks.
Ketiga,
tahap L (What I Learned “apa yang telah saya pelajari”). Siswa
dipersilakan membaca teks yang telah ditentukan sambil berpedoman pada sejumlah
pertanyaan yang telah diterimanya. Siswa perlu dibimbing untuk dapat
mengidentifikasi informasi penting yang terkait dengan sejumlah pertanyaan yang
ada, misalnya dengan cara menggaris bawahi bagian-bagian yang dianggap penting.
Guru juga perlu memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan
terhadap kata atau istilah yang digunakan dalam teks.
Kegiatan
dilanjutkan dengan meminta siswa menyususun ringkasan isi bacaan. Apabila
pertanyaan yang telah diterima siswa memuat permasalahan dalam bacaan secara
detail, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah dapat dianggap
sebagai ringkasan isi bacaan, asalkanjawaban disusun dengan kalimat yang
lengkap.
Terhadap
siswa yang kurang mampu menyusun kalimat dengan benar, guru perlu memberikan
bantuan kepadanya dengan menggunakan teknik thinking aloud. Dengan teknik
ini guru memberikan contoh dengan memperlihatkan proses penyusunan ringkasan
mulai dari proses berpikir, proses penemuan permasalahan yang hendak ditulis,
sampai dengan proses penyusunan kalimatnya.
3.7 Strategi PQRST
Berikut
akan dikenali suatu tehknik membaca PQRST. Sistem PQRST adalah suatu tehnik
membaca yang diperkenalkan oleh Thomas, Ellen Lamar, Robinson dan H. Alan dalam
buku mereka yang bertajuk” Inproving Reading In Every Class”.
(1) Preview
Tinjau tajuk-tajuk pada kesuluruhan
buku atau bab tertentu dengan memberi perhatian kepada tajuk-tajuk besar dan
kecil padanya.
Tujuan
utama proses meninjau ini adalah untuk anda mendapatkan gambaran kesuluruhan
tentang isi-isi penting pada buku atau bab-bab dalam buku itu.
(2) Question
Soal dari anda dengan menjadikan
tajuk besar dan kecil dalam bab itu sebagai soalannya. Misalnya : Tajuk bagi
Seksyen ini adalah meningkatkan mutu pembacaan. Dengan adanya soalan itu semasa
anda membaca, tumpuan fikiran anda aqkan lebih fokus kepada mencari jawaban-
jawaban tentang soalan yang tertumpu pada fikiran anda pada ketika anda
membaca.
(3) Read
Baca satu seksyen ke satu seksyen
untuk mencari jawaban soalan yang telah anda bentuk itu. Sambil membaca bahan
bacaan anda, tumpukan perhatian untuk mendapatkan jawaban bagi soalan yang
telah ditimbulkan tadi.
(4) Self-Recitation
Menyebut sendiri ialah suatu proses
dimana anda mencoba ingat fakta-fakta utama bab atau bahan-bahan yang telah
anda baca. Tujuan utamanya adalah untuk mengingat semula apa yang telah anda
baca yaitu dengan menggabungkan semua proses secara serentak.
(5) Test
Uji
diri anda setelah anda habis membaca keseluruhan bab. Fikirkan berapa banyakkah
idea-idea daripada bab yang baru anda baca itu dapat anda ingati. Pada
peringkat inilah anda harus mula menyimpan apa yang telah anda pelajari ke
dalam ingatan jangka panjang anda.
3.8. Strategi SQ3R
Agar setiap aktivitas membaca yang
dilakukan dapat berjalan efektif dan efisien, kiranya diperlukan teknik
tertentu. Dalam hal ini, Francis P. Robinson dari Universitas Negeri Ohio
Amerika Serikat telah mengembangkan sebuah teknik membaca yang dikenal dengan
sebutan SQ3R. Teknik ini bersifat
praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar. SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan dari
langkah-langkah mempelajari teks atau buku yang terdiri dari :(1) Survey;
(2) Question;(3) Read; (4) Recite; dan (5) Review.
Dengan melakukan peninjauan dapat dikumpulkan
informasi yang diperlukan untuk memfokuskan perhatian saat membaca. Peninjauan
untuk satu bab memerlukan waktu 5-10 menit. Apa yang ditinjau?
Baca JudulHal ini dapat membantu untuk memfokuskan
pada topik bab. Baca PendahuluanMemberikan orientasi dari pengarang mengenai
hal-hal penting dalam bab. Baca kepala judul/subbabMemberikan gambaran mengenai
kerangka pemikiranPerhatikan grafik, diagramAdanya grafik, diagram dan gambar
ditujukan untuk memberikan informasi penting sebagai tambahan atas teks. Perhatikan
alat bantu baca
termasuk huruf miring, definisi, pertanyaan di akhir
bab yang ditujukan untuk membantu pemahaman dan mengingat.
Langkah kedua (Question), adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas,
singkat, dan revelan dengan bagian-bagian teks yang telah ditandai pada langkah
pertama. Jumlah pertanyaan bergantung pada panjang-pendeknya teks, dan
kemampuan dalam memahami teks yang sedang dipelajari. Jika teks yang sedang
dipelajari berisi hal-hal yang sebelumnya sudah diketahui, mungkin hanya perlu
membuat beberapa pertanyaan. Sebaliknya, apabila latar belakang pengetahuan
tidak berhubungan dengan isi teks, maka perlu menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya.
Langkah
ketiga (Read), Mulailah membaca
dengan menyimpan banyak pertanyaan yang kamu buat sebelumnya. Ini akan membuat
kita lebih antusias lagi dalam membaca. Pertanyaan-pertanyaan yang belum
terjawab membuat pembaca akan bersemangat untuk menemukan banyak hal dari
buku/bacaan yang ia baca.
Pada
masing-masing bab, cobalah untuk mencari masing-masing jawaban dari pertanyaan
yang telah dibuat dalam pikiran kita. Ada beberapa saran ketika kita membaca:
1. Usahakan melatih kebiasaan yang tidak efektif dalam membaca seperti bersuara,
menggerakkan kepala, membaca ulang kalimat? atau kata-kata yang tidak terlalu penting.
2. Ada yang menyarankan untuk tidak memberi catatan untuk kata atau kalimat yang tidak kita
pahami.
1. Usahakan melatih kebiasaan yang tidak efektif dalam membaca seperti bersuara,
menggerakkan kepala, membaca ulang kalimat? atau kata-kata yang tidak terlalu penting.
2. Ada yang menyarankan untuk tidak memberi catatan untuk kata atau kalimat yang tidak kita
pahami.
Namun berilah
suatu tanda, misalnya untuk kata-kata atau kalimat yang tidak
dipahami berilah tanda tanya (?), untuk ketidak setujuan pada isi kalimat berilah tanda (X)
atau tanda check (v) untuk hal-hal yang kita setujui. Atau tanda arah (-->) untuk paragraf
atau kata atau kalimat yang harus kita tinjau ulang, serta tanda peti ("...") sebagai
isyarat/kalimat kunci.
dipahami berilah tanda tanya (?), untuk ketidak setujuan pada isi kalimat berilah tanda (X)
atau tanda check (v) untuk hal-hal yang kita setujui. Atau tanda arah (-->) untuk paragraf
atau kata atau kalimat yang harus kita tinjau ulang, serta tanda peti ("...") sebagai
isyarat/kalimat kunci.
Langkah keempat (Recite), adalah menyebutkan atau menceritakan kembali
jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun. Sedapat mungkin diupayakan
tanpa membuka catatan jawaban sebagaimana telah dituliskan dalam langkah
ketiga. Jika sebuah pertanyaan tidak terjawab, diusahakan tetap terus
melanjutkan untuk menjawab pertanyaan berikutnya. Demikian seterusnya, hingga
seluruh pertanyaan, termasuk yang belum terjawab, dapat diselesaikan dengan
baik.
Langkah terakhir adalah me-review apa-apa saja yang
telah kita baca. Begitu banyaknya informasi yang datang ke kita setiap harinya,
membuat informasi yang lama akan cenderung mudah dilupakan. Dan informasi yang
baru justru akan lebih mudah diingat. Untuk itulah perlu dilakukan review
setelah kita membaca, terutama bila kita membaca sebuah buku yang sarat akan
informasi ilmiah dan membutuhkan pemahaman secara mendalam.
Melakukan review bukan berarti kita membaca ulang
seluruh isi buku, namun kita menelusuri kembali secara global judul-judul, sub
judul, kata-kata kunci dan hal-hal yang sudah kita tandai pada waktu kita
membaca buku.
Dengan melakukan review akan sangat menolong kita
dalam meningkatkan daya ingat serta menemukan hal-hal penting dari bacaan yang
telah kita baca. Selain itu, hal ini akan menambah keyakinan kita bahwa dengan
membaca dapat memberikan manfaat yang sangat besar, salah satunya adalah
pengetahuan baru yang kita simpan dalam otak kita.
BAB IV
4.1.
STRATEGI MEMBACA PERMULAAN
4.2. Pengertian membaca permulaan
Membaca permulaan dalam pengertian
ini adalah membaca permulaan dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan
pada proses penyandian membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi
acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan decoding (Anderson,
1972: 209).Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis.
Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual.
Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi
serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan
gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan
proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian
bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.
Disamping itu, pembaca mengamati
tanda-tanda baca untuk mrmbantu memahami maksud baris-baris tulisan. Proses
psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Melalui proses decoding,
gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi, diuraikan kemudian
diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the world dalam skemata
yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan
dalam gudang ingatan (Syafi’ie, 1999: 7).
Menurut La Barge dan Samuels (dalam
Downing and Leong, 1982: 206) proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen,
yaitu (a) visual memory (vm), (b) phonological memory (pm), dan (c) semantic
memory (sm). Lambang lambang fonem tersebut adalah kata, dan kata dibentuk
menjadi kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya. Pada
tingkat VM, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan
pada tingkat PM terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam
bentuk kata, dan kalimat.
Proses pada tingkat ini bersumber
dari VM dan PM. Akhirnya pada tingkat SM terjadi proses pemahaman terhadap kata
dan kalimat. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan membaca
diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis,
(b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran
bahasa.
Pada tingkatan membaca permulaan,
pembaca belum memiliki ketrampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi
masih dalam tahap belajar untuk memperoleh ketrampilan / kemampuan membaca.
Membaca pada tingkatan ini merupakan
kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut
dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut,untuk memperoleh
kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a)
lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c)
memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.Membaca permulaan merupakan suatu
proses ketrampilan dan kognitif. Proses ketrampilan menunjuk pada pengenalan
dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada
penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu
kata atau kalimat.
4.3. Pembelajaran Membaca Permulaan
Pembelajaran memabaca permulaan
diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan
memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar
untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah, 1991/1992: 31). Pembelajaran membaca
permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai
sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut
dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca lanjut
merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang
terkandung dalam tulisan.
Tingkatan ini disebut sebagai
membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut
bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus
kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca
lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut
menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan
penguasaan teknik membaca permulaan (Syafi’ie,1999: 16).
4.4. Metode-Metode Membaca Permulaan
Metode adalah cara yang telah
teratur dan terpilih secara baik untuk mencapai suatu maksud, cara mengajar
(KBB,1984: 649). Sedangkan yang dimaksud dengan membaca permulaan adalah
pengajaran membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas 1 dengan tujuan agar
siswa terampil membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan keterampilan
bahasa guna menghadapi kelas berikutnya.
Dalam pembelajaran membaca
permulaan, ada berbagai metode yang dapat dipergunakan, antara lain (1) metode
abjad (2) metode bunyi (3) metode kupas rangkai suku kata (4) metode kata
lembaga (5) metode global dan (6) metode Struktual Analitik Sinteksis
(SAS).(Alhkadiah,1992: 32-34).
a) Metode abjad dan metode
bunyi Menurut Alhkadiah,kedua metode ini sudah sangat tua. Menggunakan
kata-kata lepas, misalnya:
Metode
abjad
: bo-bo-bobo
la-ri-lari
Metode
bunyi
: na-na-nana
lu-pa-lupa
b) Metode kupas rangkai suku
kata dan metode kata lembaga Kedua metode ini menggunakan cara mengurai dan
merangkaikan. Misalnya:
Metode
kupas rangkai suku kata : ma ta-ma ta
pa
pa-pa pa
Metode
kata
lembaga
:
Bola-bo-la-b-o-l-a-b-o-l-a-bola
c) Metode
global
Metode global timbul sebagai akibat
adanya pengaruh aliran psikologi gestalt, yang berpendapat bahwa suatu
kebulatan atau kesatuan akan lebih bermakna daripada jumlah bagian bagiannya. Memperkenalkan
kepada siswa beberapa kalimat, untuk dibaca.
d) Metode SAS
Metode ini dibagi menjadi 2tahap, yaitu: (1) tanpa buku (2)
menggunakan buku.Mengenai itu, Momo(1987) mengemukakan beberapa cara yaitu:
1. Tahap tanpa buku, dengan cara:
- Merekam bahasa siswa
- Menampilakn gambar sambil bercerita
- Membaca gambar
- Membaca gambar dengan kartu kalimat
- Membaca kalimat secara struktual (S)
- Proses Analitik (A)
- Proses Sintetik (S)
2. Tahap dengan buku, dengan cara:
- Membaca buku pelajaran
- Membaca majalah bergambar
- Membaca bacaan yang disususn oleh guru dan siswa.
- Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara berkelopok.
- Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara individual.
Metode ini yang dipandang paling
cocok dengan jiwa anak atau siswa adalah metode SAS menurut Supriyadi dkk
(1992). Alasan mengapa metode SAS ini dipandang baik adalah:
- Metode ini menganut prinsip ilmu bahasa umum, bahwa bentuk bahasa yang terkecil adalah kalimat.
- Metode ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak.
- Metode ini menganut prinsip menemukan sendiri.
Kelemahan
metode SAS, yaitu:
- Kurang praktis
- Membutuhkan banyak waktu
- Membutuhkan alat peraga
4.5 Tujuan Pengajaran Membaca Permulaan
Tujuan
yang ingin di capai melalui “Proses Pengajaran” di antaranya :
1. Agar
memahami bahasa (Bahasa Indonesia) dari segi bentuk fungsi dan makna,
serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam tujuan, keperluan
dan keadaan.
2. Agar memiliki kemampuan menggunakan
bahasa ( Bahasa Indonesia) untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
kematangan, emosional, dan sosial.
3. Agar memiliki disiplin berfikir dan
berbahasa.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
MEMBACA merupakan sesuatu yang rumit yang melibatkan
banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan
aktivitas visual, berpikir, psikolingualistik, dan metakognitif. Pembaca perlu
berperan aktif dalam merespon sumber bacaan.
Membaca
PEMAHAMAN sebagai suatu proses interaksi antara pembaca dengan teks dalam suatu
peristiwa membaca. kegiatan atau membaca yang penekanannya diarahkan pada
keterampilan dan menguasai isi bacaan. Pembaca harus mampu menguasai dan
memahami bacaan yang dibacanya.
Membaca PERMULAAN merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan
psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara
visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar
bunyi serta kombinasinya. Tujuan yang ingin di capai melalui “Proses
Pengajaran” di antaranya :
1. Agar
memahami bahasa (Bahasa Indonesia) dari segi bentuk fungsi dan makna,
serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam tujuan, keperluan
dan keadaan.
2. Agar memiliki kemampuan menggunakan
bahasa ( Bahasa Indonesia) untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
kematangan, emosional, dan sosial.
3. Agar memiliki disiplin berfikir dan
berbahasa.
5.2. SARAN
Demikian pembahasan mengenai ”STRATEGI
MEMBACA PEMAHAMAN DAN MEMBACA PERMULAAN”. semoga pembahasan ini dapat dijadikan
salah satu sumber untuk memperkaya pemahaman. Semoga apa yang disampaikan dalam
makalah ini akan dapat menjadikan bahan renungan dan merupakan acuan kita untuk
menerima perubahan yang disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan
pemahaman ini di harapkan parmahasiswa semakin bertambah pengetahuanya dan semakin kreatif sehingga mampu memecahkan
masalah khususnya dalam BERBAHASA INDONESIA. selanjutnya kami juga berharap
agar mahasiswa semakin tertarik mengikuti perkembangan Ilmu-ilmu yang lainnya
tidak terkecuali Ilmu apapun itu. Demikian Kritik dan Saran dari
kami, jika ada kata-kata yang mungkin tidak berkenan di hati saudara-saudari
sekalian,agar dapat memaklumi dan kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id/search?q=membaca+permulaan&ie=utf-8&oe=utf
8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a.
Badudu.
J. S. 1993. Pengajaran Bahasa
Indonesia di Sekolah Menengah: Tinjauan dari Masa ke Masa, Bambang
Kaswanti Purwo (ed), Pelba 6. Yogyakarta:
Kanasius.
Baradja, M. F. 1990. Kapita Selekta Pengajaran Bahasa.
Malang: IKIP Malang.
Novi Diana, Abd. Halim, A. Wahab
Islam, Win Konadi. Edisi Pertama. 2010. Menulis dan Membaca. Bireun – Provinsi
Aceh. PGSD FKIP. Bireun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar