Senin, 09 April 2012

Strategi Membaca Pemahaman


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah

Membaca pemahaman merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan, informasi, serta memperoleh hiburan. Banyak informasi direkam dan dikomunikasikan melalui media tulis. Oleh karena itu, membaca pemahaman merupakan salah satu cara meningkatkan pengetahuan dan informasi.
Kemampuan membaca pemahaman merupakan bekal dan kunci keberhasilan siswa dalam menjalani proses pendidikan. Sebagian besar pemerolehan ilmu dilakukan siswa melalui aktivitas membaca. Ilmu yang diperoleh siswa tidak hanya didapat dari proses belajar mengajar di sekolah, tetapi juga melalui kegiatan membaca dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan membaca dan kemampuan memahami bacaan menjadi bagian penting dalam penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan siswa.
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan bahasa dalam pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang masih senang bermain. Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak.

1.2. Rumusan  Masalah
Sehubungan dengan latar belakang tersebut, maka masalahnya akan dirumuskan sebagai berikut yaitu” Bagaimana cara meningkatkan kesiapan dan tujuan membaca” 
1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dan membaca permulaan, dan Untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Pend. Bahasa Indonesia
1.4. Metode Penulisan
            Dalam penulisan makalah ini kami sebagai penulis menggunakan metode Daftar Pustaka, mencari dari berbagai media, baik dari media elektronik maupun media cetak.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. MEMBACA
2.2. Hakikat Membaca

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa dari empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Tarigan, 1990: 1). Pengertian membaca menurut Emerald V Dechant (dalam zuchdi, 2007:21) adalah proses pemberian makna terhadap tulisan. Ada berbagai definisi tentang membaca sebagaimana yang dikemukakan oleh Burns, dkk (1984: 11) “reading is a complex act that must be learned. It is also a means by which further learning takes place. In other words, a person learns to read and reads to learn”. Kutipan tersebut menegaskan bahwa “membaca merupakan suatu perilaku kompleks yang harus dipelajari dan merupakan alat untuk pembelajaran yang lebih lanjut. Jadi, belajar untuk membaca dan membaca untuk belajar”.
Hal senada juga diungkapkan oleh Rahim (2008: 2), dia berpendapat bahwa MEMBACA  merupakan sesuatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolingualistik, dan metakognitif. Pembaca perlu berperan aktif dalam merespon sumber bacaan. Pernyataan yang sama juga disebutkan oleh Crawley dan mountain (dalam Rahim, 2008:2) suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktifitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Oleh sebab itu, menegaskan kepada guru bahwa membaca bukan perilaku pasif melainkan ada energi intelektual yang harus dikembangkan.

Beberapa definisi membaca tersebut maka dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan aktivitas pembelajaran yang memerlukan interaksi aktif terhadap bacaan sehingga memperoleh makna dan pemahaman dari apa yang dibaca. Membaca merupakan interaksi antara pembaca dan penulis. Interaksi tersebut tidak langsung, namun bersifat komunikatif. Komunikasi antara pembaca dan penulis akan makin baik, jika pembaca mempunyai kemampuan yang lebih baik.

 Pembaca hanya dapat berkomunikasi dengan karya tulis yang digunakan oleh pengarang sebagai media untuk menyampaikan gagasan, perasaan, dan pengalamannya. Dengan demikian pembaca harus mampu menyusun pengertian-pengertian yang tertuang dalam kalimat kalimat yang disajikan oleh pengarang sesuai dengan konsep yang terdapat pada diri pembaca.

BAB III

3.1. STRATEGI MEMBACA PEMAHAMAN
3.2. Hakikat Membaca Pemahaman

Nuttal (dalam Fifin, 2007: 15) mendefinisikan membaca pemahaman sebagai suatu proses interaksi antara pembaca dengan teks dalam suatu peristiwa membaca. kegiatan atau membaca yang penekanannya diarahkan pada keterampilan dan menguasai isi bacaan. Pembaca harus mampu menguasai dan memahami bacaan yang dibacanya. Dalam hal ini, unsur yang harus ada dalam setiap kegiatan membaca adalah pemahaman. Kemampuan membaca pemahaman merupakan seperangkat keterampilan pemerolehan pengetahuan yang digeneralisasikan, yang memungkinkan orang memperoleh dan mewujudkan informasi yang diperoleh sebagai hasil membaca bahasa tertulis (Bormouth dalam Zuchdi, 2007: 22). Untuk memperoleh pemahaman yang tepat tentang suatu bacaan, pembaca harus memanfaatkan informasi yang telah dimilikinya, yakni informasi yang diperoleh selama menjalani kehidupannya, hasil bacaan sebelumnya, dan sumber-sumber informasi lainnya. Kesempurnaan hasil membaca siswa dapat tercapai, jika siswa mampu menghubungkan informasi baru yang ada dalam bacaan dengan latar belakang atau pengetahuan yang telah dimilkinya.

Bormouth (dalam Fifin, 2007:16) menyatakan bahwa “pemahaman merupakan seperangkat ketrampilan pemerolehan pengetahuan yang digeneralisasi, yang memungkinkan orang memperoleh dan mewujudkan informasi yang diperoleh sebagai hasil membaca bahan tertulis. Hal tersebut dapat juga dikatakan bahwa kegiatan membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses dapat memahami isi bacaan, mencari hubungan antar hal, hubungan sebab akibat, perbedaan dan persamaan antar hal dalam wacana, mengklarifikasi kebingungan, menyimpulkan bacaan, dan merefleksikan hal-hal yang telah dibaca. Membaca pemahaman bukanlah teknis atau membaca indah, melainkan membaca untuk mengenal atau menemukan ide baik yang tersurat maupun yang tersirat. Proses ini melibatkan faktor kecerdasan dan pengalaman pembaca, keterampilan bahasa, dan penglihatan.

3.3. Prinsip Membaca Pemahaman.
Proses membaca sering terdapat berbagai hal yang dapat menganggu keberhasilan membaca. Ada beberapa prinsip membaca untuk mencapai tujuan dari membaca itu sendiri.
Menurut McLaughlin dan Allen (melalui Rahim, 2008:4) ada beberapa prinsip membaca yang dapat mempengaruhi membaca pemahaman sebagaimana yang dikemukakan sebagai berikut: (1) pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial, (2) keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman, (3) guru membaca yang profesional (unggul) memengaruhi belajar siswa, (4) pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca, (5) membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna, (6) siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas, (7) perkembangan kosa kata dan pembelajaran memengaruhi pemahaman membaca, (8) pengikut sertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman, (9) strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan, (10) assessmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman Hal senada juga diungkapkan oleh Burns, Roe dan Ross (1984: 20-24) tentang prinsip-prinsip membaca pemahaman yang akan membantu guru dalam perencanaan pembelajaran membaca. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: (1) membaca adalah perilaku kompleks yang mempertimbangkan beberapa faktor, (2) membaca adalah interpretasi makna dari simbol-simbol tertulis, (3) tidak ada satupun cara yang tepat untuk mengajarkan membaca, (4) pembelajaran membaca adalah suatu proses berkelanjutan, (5) siswa diajarkan keterampilan-keterampilan pengenalan kata yang akan membebaskan mereka dalam hal pengucapan dan makna dari kata-kata yang tidak familiar, (6) guru harus mendiagnosa kemampuan membaca masing-masing siswa serta menggunakan diagnosis tersebut sebagai dasar rencana pembelajaran, 7) membaca dan kesenian bahasa lain saling berhubungan erat, 8) membaca adalah suatu bagian integral dari seluruh isi pembelajaran dalam program pendidikan, 9) siswa perlu memahami kenapa membaca itu penting, 10) kesenangan membaca harus diperhatikan sebagai kepentingan yang paling utama.
Berdasarkan prinsip-prinsip membaca pemahaman diatas maka peranan guru sangatlah besar dalam mencapai kesuksesan pembelajaran. Khususnya, pada siswa sekolah dasar sehingga siswa dapat memahami wacana atau bacaannya dengan lebih bermakna.

3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman
Pembaca dapat menguasai bacaan dengan baik apabila mereka menguasai segi-segi kemampuan yang diperlukan dalam membaca. Ada dua faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri dan faktor yang berasal dari luar pembaca. Pearson dan Johnson (dalam Zuchdi, 2000: 23-24) menyatakan bahwa: faktor-faktor yang berada dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik (kebahasan), minat (seberapa besar kepedulian pembaca terhadap bacaan yang dihadapinya), motivasi (seberapa besar kepedulian pembaca terhadap tugas membaca atau perasaan umum mengenai membaca dan sekolah), dan kumpulan kemampuan membaca (seberapa baik pembaca dapat membaca).

Faktor-faktor di luar pembaca dibedakan menjadi dua kategori unsur-unsur bacaan dan lingkungan membaca. Unsur-unsur pada bacaan atau ciri-ciri tekstual meliputi kebahasan teks (kesulitan bahan bacaan), dan organisasi teks (jenis pertolongan yang tersedia berupa bab dan subbab, susunan tulisan, dsb). Kualitas lingkungan membaca meliputi faktor-faktor: persiapan guru sebelum, pada saat, atau suasana umum penyelesaian tugas (hambatan, dorongan, dsb). Semua faktor ini tidak saling terpisah, tetapi saling berhubungan. Penjelasan tersebut menunjukkan tampak jelas bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca seseorang pada hakikatnya tidaklah tunggal. Semua faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Kemampuan membaca pemahaman seseorang berhasil dengan baik apabila mereka menguasai faktorfaktor yang diperlukan dalam kegiatan membaca pemahaman.

3.5. Tes Kemampuan Membaca Pemahaman
Dasar penyusunan tes membaca pemahaman dalam penelitian ini berdasarka pada taksonomi Burret. Taksonomi Burret merupakan taksonomi yangn khusus diciptakan untuk tes kemampuan membaca pemahaman. Robinson (1968: 19-23) menyatakan tingkat pemahaman bacaan berdasarkan taksonomi Burret dalam membaca pemahaman adalah sebagai berikut:

1)      Pemahaman Harfiah
Pemahaman harfiah memberikan tekanan pada pokok-pokok pikiran dan informasi yang secara gamblang diungkapkan dalam wacana. Tujuan membaca dan pertanyaan yang dirancang untuk memancing jawaban. Mulai dari pertanyaan yang sederhana sampai pertanyaan yang pelik.

2)      Mereorganisasi
Mereorganisasi ditujukan agar siswa menganalisis, mensintesis, dan mengorganisasikan pikiran atau informasi yang dikemukakan secara eksplisit didalam wacana. Pada tingkat ini dapat dilakukan dengan memparafrasekan atau menterjemahkan kata-kata yang belum dimengerti oleh siswa.
3)      Pemahaman Inferensial
Pemahaman inferensial yang ditunjukkan oleh siswa apabila ia menggunakan hasil pemikiran atau informasi secara gamblang dikemukakan dalam wacana, intuisi, dan pengalaman pribadinya. Pemahaman inferensial tersebut, pada umumnya dirancang oleh tujuan membaca dan pertanyaanpertanyaan yang menghendaki pemikiran dan imajinasi siswa. Tugas-tugas dalam pemahaman inferensial adalah menarik detail penguat, menyimpulkan pikiran utama, menarik kesimpulan tentang urutan, menyimpulkan perbandingan, menyimpulkan sebab akibat, menarik kesimpulan tentang watak, menerka kelanjutan, dan menafsirkan bahasa kias.

     4) Evaluasi
Tujuan membaca, pertanyaan, dan jawaban guru dalam hal ini adalah meminta respon siswa yang menunjukkan bahwa ia telah mengadakan tinjauan evaluasi dengan membandingkan buah pikiran yang disajikan didalam wacana dengan kriteria luar yang berasal dari pengalaman dan pengetahuan siswa, atau nilai-nilai dari siswa sebelum proses belajar mengajar menggunakan teknik ini diterapkan.

     5) Apresiasi
Apresiasi melibatkan seluruh dimensi kognitif yang telah disebutkan sebelumnya, karena apresiasi berhubungan dengan dampak psikologis dan estetis terhadap pembaca. Apresiasi menghendaki supaya pembaca secara emosional dan estetis peka terhadap suatu karya dan memintanya bereaksi terhadap nilai dan kekayaan unsur-unsur psikologis dan artistik yang ada dalam karya itu. Apresiasi ini mencakup pengetahuan tentang respon emosional terhadap teknik-teknik, bentuk-bentuk, gaya serta struktur sastra.

3.6. Strategi KWL
Teknik ini guru membimbing siswa untuk dapat mengaktifkan pengetahuan latarnya (skematanya) dan meningkatkan kemenarikan topik dalam teks terhadap siswa. Hal ini disebabkan oleh adanya kegiatan menginterpretasi makna yang terdapat dalam teks dan penyusunan rangkuman hasil membaca yang berisi kombinasi antara isi bacaan dan skemata siswa. Kegiatan Pembelajaran dalam teknik KWL ini dibagi menjadi tiga tahapan.

Tierney (dalam Ririn, 2008:39-41) menjelaskan tiga tahapan besar tersebut. Pertama, tahap K (What I Know “apa yang saya pelajari”). Siswa diajak bercurah pendapat tentang tema, topik, judul, dan ilustrasi atau gambar-gambar yang terdapat dalam teks. Dengan aktivitas itu skemata pembaca menjadi aktif kembali, sehingga pemahaman akan lebih mudah dicapai oleh pembaca. Disamping itu guru juga mengaktifkan skemata siswa tentang bahasa yang digunakan dalam teks. Pengaktifan skemata bahasa dilakukan dengan mengangkat berbagai istilah, kata, frase, atau kalimat yang merupakan kunci dalam memahami isi yang terkandung dalam teks bacaan. Kegiatan tahap K ini akan menghasilkan sebuah jaring laba-laba. Isi jaring laba-laba ini mencakup tema, topik-topik, sub-subtopik, serta beberapa detail dari subtopik yang dipandang perlu. Curah pendapat tidak perlu sampai pada semua detail dari setiap subtopik yang ada, karena akan terlalu banyak menyita waktu. Guru perlu terlebih dahulu merancangnya secara lengkap dan luas sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Kedua, tahap W (What I Want to learn “apa yang ingin saya pelajari”). Guru mengidentifikasi berbagai hal yang bagi siswa merupakan hal yang menarik, kurang dipahami, meragukan, atau menjadi silang pendapat. Guru menyusun sejumlahpertanyaan yang merupakan tujuan dari kegiatan siswa membaca. Akan lebih praktis apabila sejumlah pertanyaan tersebut disusun sebelum pembelajaran, karena apabila disusun dalam pembelajaran akan menyita waktu yang lebih banyak. Apa bila ada tambahan pertanyaan, guru tinggal menambahkannya.
Fase ini membimbing aktivitas membaca menjadi aktivitas yang bertujuan dan pikiran siswa akan lebih terfokus pada hal-hal yang hendak dicarinya dalam teks. Tanpa adanya tujuan yang hendak dicari, pikiran siswa akan bias, sehingga sulit merekam informasi-informasi penting yang terdapat dalam teks. Tahap ini dapat juga dikatakan sebagai tahap untuk meningkatkan keingintahuan siswa terhadap informasi-informasi yang akan disampaikan penulis melalui teks.

Ketiga, tahap L (What I Learned “apa yang telah saya pelajari”). Siswa dipersilakan membaca teks yang telah ditentukan sambil berpedoman pada sejumlah pertanyaan yang telah diterimanya. Siswa perlu dibimbing untuk dapat mengidentifikasi informasi penting yang terkait dengan sejumlah pertanyaan yang ada, misalnya dengan cara menggaris bawahi bagian-bagian yang dianggap penting. Guru juga perlu memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan terhadap kata atau istilah yang digunakan dalam teks.

Kegiatan dilanjutkan dengan meminta siswa menyususun ringkasan isi bacaan. Apabila pertanyaan yang telah diterima siswa memuat permasalahan dalam bacaan secara detail, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah dapat dianggap sebagai ringkasan isi bacaan, asalkanjawaban disusun dengan kalimat yang lengkap.

Terhadap siswa yang kurang mampu menyusun kalimat dengan benar, guru perlu memberikan bantuan kepadanya dengan menggunakan teknik thinking aloud. Dengan teknik ini guru memberikan contoh dengan memperlihatkan proses penyusunan ringkasan mulai dari proses berpikir, proses penemuan permasalahan yang hendak ditulis, sampai dengan proses penyusunan kalimatnya.
3.7 Strategi PQRST

Berikut akan dikenali suatu tehknik membaca PQRST. Sistem PQRST adalah suatu tehnik membaca yang diperkenalkan oleh Thomas, Ellen Lamar, Robinson dan H. Alan dalam buku mereka yang bertajuk” Inproving Reading In Every Class”.
(1)   Preview
Tinjau tajuk-tajuk pada kesuluruhan buku atau bab tertentu dengan memberi perhatian kepada tajuk-tajuk besar dan kecil padanya.
Tujuan utama proses meninjau ini adalah untuk anda mendapatkan gambaran kesuluruhan tentang isi-isi penting pada buku atau bab-bab dalam buku itu.

(2)   Question
Soal dari anda dengan menjadikan tajuk besar dan kecil dalam bab itu sebagai soalannya. Misalnya : Tajuk bagi Seksyen ini adalah meningkatkan mutu pembacaan. Dengan adanya soalan itu semasa anda membaca, tumpuan fikiran anda aqkan lebih fokus kepada mencari jawaban- jawaban tentang soalan yang tertumpu pada fikiran anda pada ketika anda membaca.

(3)    Read
Baca satu seksyen ke satu seksyen untuk mencari jawaban soalan yang telah anda bentuk itu. Sambil membaca bahan bacaan anda, tumpukan perhatian untuk mendapatkan jawaban bagi soalan yang telah ditimbulkan tadi.

(4)   Self-Recitation
Menyebut sendiri ialah suatu proses dimana anda mencoba ingat fakta-fakta utama bab atau bahan-bahan yang telah anda baca. Tujuan utamanya adalah untuk mengingat semula apa yang telah anda baca yaitu dengan menggabungkan semua proses secara serentak.

(5)   Test
Uji diri anda setelah anda habis membaca keseluruhan bab. Fikirkan berapa banyakkah idea-idea daripada bab yang baru anda baca itu dapat anda ingati. Pada peringkat inilah anda harus mula menyimpan apa yang telah anda pelajari ke dalam ingatan jangka panjang anda.


3.8. Strategi SQ3R

Agar setiap aktivitas membaca yang dilakukan dapat berjalan efektif dan efisien, kiranya diperlukan teknik tertentu. Dalam hal ini, Francis P. Robinson dari Universitas Negeri Ohio Amerika Serikat telah mengembangkan sebuah teknik membaca yang dikenal dengan sebutan SQ3R. Teknik ini bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar. SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan dari langkah-langkah mempelajari teks atau buku yang terdiri dari :(1) Survey; (2) Question;(3) Read; (4) Recite; dan (5) Review.
Dengan melakukan peninjauan dapat dikumpulkan informasi yang diperlukan untuk memfokuskan perhatian saat membaca. Peninjauan untuk satu bab memerlukan waktu 5-10 menit. Apa yang ditinjau? Baca JudulHal ini dapat membantu untuk memfokuskan pada topik bab. Baca PendahuluanMemberikan orientasi dari pengarang mengenai hal-hal penting dalam bab. Baca kepala judul/subbabMemberikan gambaran mengenai kerangka pemikiranPerhatikan grafik, diagramAdanya grafik, diagram dan gambar ditujukan untuk memberikan informasi penting sebagai tambahan atas teks. Perhatikan alat bantu baca termasuk huruf miring, definisi, pertanyaan di akhir bab yang ditujukan untuk membantu pemahaman dan mengingat.
Langkah kedua (Question), adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat, dan revelan dengan bagian-bagian teks yang telah ditandai pada langkah pertama. Jumlah pertanyaan bergantung pada panjang-pendeknya teks, dan kemampuan dalam memahami teks yang sedang dipelajari. Jika teks yang sedang dipelajari berisi hal-hal yang sebelumnya sudah diketahui, mungkin hanya perlu membuat beberapa pertanyaan. Sebaliknya, apabila latar belakang pengetahuan tidak berhubungan dengan isi teks, maka perlu menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya.
Langkah ketiga (Read), Mulailah membaca dengan menyimpan banyak pertanyaan yang kamu buat sebelumnya. Ini akan membuat kita lebih antusias lagi dalam membaca. Pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab membuat pembaca akan bersemangat untuk menemukan banyak hal dari buku/bacaan yang ia baca.
 Pada masing-masing bab, cobalah untuk mencari masing-masing jawaban dari pertanyaan yang telah dibuat dalam pikiran kita. Ada beberapa saran ketika kita membaca:
1. Usahakan melatih kebiasaan yang tidak efektif dalam membaca seperti bersuara,
menggerakkan kepala, membaca ulang kalimat? atau kata-kata yang tidak terlalu penting.
2. Ada yang menyarankan untuk tidak memberi catatan untuk kata atau kalimat yang tidak kita
pahami.
 Namun berilah suatu tanda, misalnya untuk kata-kata atau kalimat yang tidak
dipahami berilah tanda tanya (?), untuk ketidak setujuan pada isi kalimat berilah tanda (X)
atau tanda check (v) untuk hal-hal yang kita setujui. Atau tanda arah (-->) untuk paragraf
atau kata atau kalimat yang harus kita tinjau ulang, serta tanda peti ("...") sebagai
isyarat/kalimat kunci.
Langkah keempat (Recite), adalah menyebutkan atau menceritakan kembali jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun. Sedapat mungkin diupayakan tanpa membuka catatan jawaban sebagaimana telah dituliskan dalam langkah ketiga. Jika sebuah pertanyaan tidak terjawab, diusahakan tetap terus melanjutkan untuk menjawab pertanyaan berikutnya. Demikian seterusnya, hingga seluruh pertanyaan, termasuk yang belum terjawab, dapat diselesaikan dengan baik.
Langkah terakhir adalah me-review apa-apa saja yang telah kita baca. Begitu banyaknya informasi yang datang ke kita setiap harinya, membuat informasi yang lama akan cenderung mudah dilupakan. Dan informasi yang baru justru akan lebih mudah diingat. Untuk itulah perlu dilakukan review setelah kita membaca, terutama bila kita membaca sebuah buku yang sarat akan informasi ilmiah dan membutuhkan pemahaman secara mendalam.
Melakukan review bukan berarti kita membaca ulang seluruh isi buku, namun kita menelusuri kembali secara global judul-judul, sub judul, kata-kata kunci dan hal-hal yang sudah kita tandai pada waktu kita membaca buku.
Dengan melakukan review akan sangat menolong kita dalam meningkatkan daya ingat serta menemukan hal-hal penting dari bacaan yang telah kita baca. Selain itu, hal ini akan menambah keyakinan kita bahwa dengan membaca dapat memberikan manfaat yang sangat besar, salah satunya adalah pengetahuan baru yang kita simpan dalam otak kita.





BAB IV

4.1. STRATEGI MEMBACA PERMULAAN
4.2. Pengertian membaca permulaan
Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan decoding (Anderson, 1972: 209).Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.
Disamping itu, pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk mrmbantu memahami maksud baris-baris tulisan. Proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Melalui proses decoding, gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi, diuraikan kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the world dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan (Syafi’ie, 1999: 7).
Menurut La Barge dan Samuels (dalam Downing and Leong, 1982: 206) proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu (a) visual memory (vm), (b) phonological memory (pm), dan (c) semantic memory (sm). Lambang lambang fonem tersebut adalah kata, dan kata dibentuk menjadi kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya. Pada tingkat VM, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada tingkat PM terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam bentuk kata, dan kalimat.
Proses pada tingkat ini bersumber dari VM dan PM. Akhirnya pada tingkat SM terjadi proses pemahaman terhadap kata dan kalimat. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki ketrampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh ketrampilan / kemampuan membaca.
Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut,untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.Membaca permulaan merupakan suatu proses ketrampilan dan kognitif. Proses ketrampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat.
4.3. Pembelajaran Membaca Permulaan
Pembelajaran memabaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah, 1991/1992: 31). Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan.
Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan (Syafi’ie,1999: 16).
4.4. Metode-Metode Membaca Permulaan
Metode adalah cara yang telah teratur dan terpilih secara baik untuk mencapai suatu maksud, cara mengajar (KBB,1984: 649). Sedangkan yang dimaksud dengan membaca permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas 1 dengan tujuan agar siswa terampil membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan keterampilan bahasa guna menghadapi kelas berikutnya.
Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada berbagai metode yang dapat dipergunakan, antara lain (1) metode abjad (2) metode bunyi (3) metode kupas rangkai suku kata (4) metode kata lembaga (5) metode global dan (6) metode Struktual Analitik Sinteksis (SAS).(Alhkadiah,1992: 32-34).
a)      Metode abjad dan metode bunyi Menurut Alhkadiah,kedua metode ini sudah sangat tua. Menggunakan kata-kata lepas, misalnya:
Metode abjad              : bo-bo-bobo
la-ri-lari
Metode bunyi              : na-na-nana
lu-pa-lupa
b)      Metode kupas rangkai suku kata dan metode kata lembaga Kedua metode ini menggunakan cara mengurai dan merangkaikan. Misalnya:
Metode kupas rangkai suku kata                       : ma ta-ma ta
pa pa-pa pa
Metode kata lembaga                             :   Bola-bo-la-b-o-l-a-b-o-l-a-bola
c)     Metode global
Metode global timbul sebagai akibat adanya pengaruh aliran psikologi gestalt, yang berpendapat bahwa suatu kebulatan atau kesatuan akan lebih bermakna daripada jumlah bagian bagiannya. Memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat, untuk dibaca.
d)     Metode SAS
Metode ini dibagi menjadi 2tahap, yaitu: (1) tanpa buku (2) menggunakan buku.Mengenai itu, Momo(1987) mengemukakan beberapa cara yaitu:
1. Tahap tanpa buku, dengan cara:
- Merekam bahasa siswa
- Menampilakn gambar sambil bercerita
- Membaca gambar
- Membaca gambar dengan kartu kalimat
- Membaca kalimat secara struktual (S)
- Proses Analitik (A)
- Proses Sintetik (S)
2. Tahap dengan buku, dengan cara:
- Membaca buku pelajaran
- Membaca majalah bergambar
- Membaca bacaan yang disususn oleh guru dan siswa.
- Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara berkelopok.
- Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara individual.
Metode ini yang dipandang paling cocok dengan jiwa anak atau siswa adalah metode SAS menurut Supriyadi dkk (1992). Alasan mengapa metode SAS ini dipandang baik adalah:
  • Metode ini menganut prinsip ilmu bahasa umum, bahwa bentuk bahasa yang terkecil adalah kalimat.
  • Metode ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak.
  • Metode ini menganut prinsip menemukan sendiri.


Kelemahan metode SAS, yaitu:
  • Kurang praktis
  • Membutuhkan banyak waktu
  • Membutuhkan alat peraga
4.5 Tujuan  Pengajaran Membaca Permulaan
Tujuan yang ingin di capai melalui “Proses Pengajaran” di antaranya :
1.      Agar  memahami bahasa (Bahasa Indonesia) dari segi bentuk fungsi dan makna, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam tujuan, keperluan dan keadaan.
2.      Agar memiliki kemampuan menggunakan bahasa ( Bahasa Indonesia) untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan, emosional, dan sosial.
3.      Agar memiliki disiplin berfikir dan berbahasa.




















BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
MEMBACA  merupakan sesuatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolingualistik, dan metakognitif. Pembaca perlu berperan aktif dalam merespon sumber bacaan.
Membaca PEMAHAMAN sebagai suatu proses interaksi antara pembaca dengan teks dalam suatu peristiwa membaca. kegiatan atau membaca yang penekanannya diarahkan pada keterampilan dan menguasai isi bacaan. Pembaca harus mampu menguasai dan memahami bacaan yang dibacanya.
Membaca PERMULAAN  merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Tujuan yang ingin di capai melalui “Proses Pengajaran” di antaranya :
1.      Agar  memahami bahasa (Bahasa Indonesia) dari segi bentuk fungsi dan makna, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam tujuan, keperluan dan keadaan.
2.      Agar memiliki kemampuan menggunakan bahasa ( Bahasa Indonesia) untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan, emosional, dan sosial.
3.      Agar memiliki disiplin berfikir dan berbahasa.
5.2. SARAN
Demikian pembahasan mengenai ”STRATEGI MEMBACA PEMAHAMAN DAN MEMBACA PERMULAAN”. semoga pembahasan ini dapat dijadikan salah satu sumber untuk memperkaya pemahaman. Semoga apa yang disampaikan dalam makalah ini akan dapat menjadikan bahan renungan dan merupakan acuan kita untuk menerima perubahan yang disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan pemahaman ini di harapkan parmahasiswa semakin bertambah pengetahuanya  dan semakin kreatif sehingga mampu memecahkan masalah khususnya dalam BERBAHASA INDONESIA. selanjutnya kami juga berharap agar mahasiswa semakin tertarik mengikuti perkembangan Ilmu-ilmu yang lainnya tidak terkecuali Ilmu apapun itu. Demikian Kritik dan Saran dari kami, jika ada kata-kata yang mungkin tidak berkenan di hati saudara-saudari sekalian,agar dapat memaklumi dan kami memohon maaf yang sebesar-besarnya

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.co.id/search?q=membaca+permulaan&ie=utf-8&oe=utf 8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a.
Badudu. J. S. 1993. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah: Tinjauan dari Masa ke Masa, Bambang Kaswanti Purwo (ed), Pelba 6. Yogyakarta: Kanasius.
Baradja, M. F. 1990. Kapita Selekta Pengajaran Bahasa. Malang: IKIP Malang.
Novi Diana, Abd. Halim, A. Wahab Islam, Win Konadi. Edisi Pertama. 2010. Menulis dan Membaca. Bireun – Provinsi Aceh. PGSD FKIP. Bireun.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar