Rabu, 18 April 2012

Pembahasan tentang Ilmu

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

            Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat.

            Ilmu pengetahuan dunia rasanya kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmu agama atau akhirat. Orang yang berpengetahuan luas tapi tidak tersentuh ilmu agama sama sekali, maka dia akan sangat mudah terkena bujuk rayu syaitan untuk merusak bumi, bahkan merusak sesama manusia dengan berbagai tindak kejahatan. Disinilah alasan mengapa ilmu agama sangat penting dan hendaknya diajarkan sejak kecil. Kalau bisa, ilmu agama ini lebih dulu diajarkan kepada anak sebelum anak tersebut menerima ilmu dunia.Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia membutuhkan terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT

B .Tujuan
Penulisan

1. Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Agama
2. Menjelaskan Tentang Keutamaan Ilmu.
3. Memeberikan Penjelasan Tentang  Kewajiban Dan Pentingnya Menuntut Ilmu
4. Mengetahui Sumber-Sumber  Ilmu Pengetahuan Dalam Islam
5. Mengetahui H
ukum Dari Menuntut Ilmu.
6. Mengetahui Arah Pengembangan Ilmu Dan Ciri-Ciri Ilmuan Islam



BAB II
PEMBAHASAN

II.1.  KEUTAMAAN ILMU

Secara teologis tidak sedikit ayat Al-Qur'an dan Al-Hadist yang memotivasi orang yang ber-Iman agar segera menguasai ilmu pengetahuan. Firman Allah SWT.: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujaadilah [58] : 11). Rasulullah SAW. juga bersabda: “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim) Artinya jalan menuju surga hanya akan dapat di tempuh oleh orang-orang yang berilmu, karena ibadah apapun tanpa didasari ilmu tidaklah ada nilainya di sisi Allah SWT. Bahkan niat baik yang tanpa dasar ilmu bisa di anggap sebagai suatu kejahatan. Iqra’ bismirobbikalladzii khalaq, (bacalah dengan nama Robbmu yang telah menciptakan), surat Al-‘Alaq ayat 1 ini, memerintahkan kepada kita untuk membaca ayat-ayat Allah, memerintahkan kita untuk mencari ilmu, hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim, baik itu ilmu agama atau pun ilmu pengetahuan. Ilmu juga akan menambah keimanan kita, semakin dalam ilmu yang kita gali maka semakin bertambah pula keimanan yang kita miliki.

          Ilmu pengetahuan dapat diikat dengan cara banyak membaca, mendengarkan kajian-kajian ilmiah, diskusi,menelaah dan menulis. Demikianlah seorang yang berilmu memiliki cara berfikir yang maju. Orang yang memiliki ilmu sangat dituntut untuk sadar diri, sehingga secara berkelanjutan melakukan perubahan prilaku, dan mengapresiasikan ilmunya untuk mencari keridho'an Allah SWT.

          10 Keutamaan Ilmu dibanding harta menurut khalifah Ali ra.
  1. Ilmu adalah warisan para nabi, sedangkan harta adalah warisan dari Fir’aun, Qarun, dan lain-lain.
  2. Ilmu selalu menjaga orang yang mempunyainya, sedangkan harta dijaga oleh orang yang mempunyainya.
  3. Orang yang berilmu banyak mempunyai teman, sedangkan orang yang berharta mempunyai banyak lawan.
  4. Ilmu apabila diberikan kepada orang lain akan bertambah sedangkan harta bila diberikan akan berkurang.
  5. Ilmuwan sering dipanggil alim, ulama, dan lain-lain. Sedangkan hartawan sering dipanggil bakhil, kikir, dan lain-lain.
  6. Pemilik ilmu akan menerima syafaat pada hari kiamat, sedangkan pemilik harta dimintai pertanggungjawabannya.
  7. Ilmu apabila disimpan tidak akan habis, sedangkan harta bila disimpan akan usang dan lapuk.
  8. Ilmu tidak usah dijaga dari kejahatan, sedangkan harta selalu dijaga dari kejahatan.
  9. Ilmu tidak memerlukan tempat, sementara harta memerlukan tempat.
  10. Ilmu akan menyinari hati hingga menjadi terang dan tenteram, sedangkan harta akan mengeraskan hati.
Yang dimaksud ILMU disini adalah: yang apabila dipelajari, semakin membuat kita takut, tunduk, patuh dan tawadu' kepada Allah SWT. Dan definisi ini juga merupakan definisi dari 'ilmu yang bermanfaat'. Sebaliknya, manakala seseorang tinggi ilmuanya, serta semakin banyak gelarnya, seiring dengan itu pula kian sombong dan congkak prilakunya, berarti ilmu yang dia miliki tergolong 'ilmu yang tidak bermanfaat'.

          Oleh karena itu, Rasulullah SAW pernah memohon dalam doanya, “Allaahumma inni a’uudzubika min ‘ilmin laa yanfa’u”. ‘Ya, Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.’ Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Allah SWT Memberi wahyu kepada Nabi Dawud a.s. Firman-Nya, “Wahai, Dawud. Pelajarilah olehmu ilmu yang bermanfaat.” “Ya, Rabbi. apakah ilmu yang bermanfaat itu ? ” tanya Nabi Daud. “Ialah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui keluhuran, keagungan, kebesaran, dan kesempurnaan kekuasaan-Ku atas segala sesuatu.Inilah yang mendekatkan engkau kepada-Ku.”

II.2. KEWAJIBAN MENCARI ILMU
        
            Ternyata ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang menyebabkan kita semakin dapat mengenal Allah, yang dapat kita amalkan, yang membuat kita rendah hati serta terhindar dari sifat takabur........Ilmu selain diyakini kebenarannya juga harus diamalkan. Sebab ilmu tanpa amal,nibaratnyanpohonnyangntidaknberbuah.
            “Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia dalam amalan nya sehingga ia mendapatkan surga. Dan barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya maka ia tersesat oleh ilmunya itu. Dan Allah tidak menolong dia dalam amalannya sehingga ia akan mendapatkan neraka “. (hadits) Kita menuntut ilmu dunia selama 12 tahun dari SD hingga SMA. Setiap hari paling tidak 5 jam kita mempelajari ilmu dunia. Tapi pernahkah kita menghitung berapa lama kita belajar ilmu agama? Adakah sejam sehari?
Jika tidak, sungguh malang nasib kita, padahal ilmu agama penting bagi kita guna meraih kebahagiaan dunia akherat. Bukankah tidak sedikit orang yang sukses didunia akan tetapi hidupnya tidak bahagia ? Meski dia profesor Fisika atau Pakar Komputer, tapi jika tidak tahu ilmu agama sehingga sholat, puasa, zakat, dsb tidak benar niscaya dia akan masuk neraka. Tentu saja bukan maksud kita mengenyampingkan ilmu dunia.

Mempelajari ilmu dunia yang bermanfaat adalah fardu kifayah. Sejarah Islam menunjukkan bahwa meski ummat Islam gemar mempelajari ilmu agama, namun ilmu dunia mereka juga tinggi. Angka yang dunia pakai sekarang adalah angka Arab (Arabic Numeral) yang diperkenalkan sarjana Muslim kepada dunia. Bukan angka Romawi atau Eropa! Aljabar (Algebra), Algoritma yang mengembangkannya adalah sarjana Muslim: Al Khawarizm. Demikian pula di bidang kedokteran dikenal Avicenna (Ibnu Sinna), di bidang sosial Averroes (Ibnu Rusyid), dsb. Kimia (Chemical) juga berasal dari bahasa Arab Alkimia (Alchemy). Yang memperkenalkan angka 0 ke dunia adalah ummat Islam. Itulah prestasi ummat Islam di bidang ilmu dunia. Jika sebagian muslim sudah mempelajarinya (misalnya ada beberapa orang yang belajar ilmu kedokteran), maka gugurlah kewajiban itu bagi yang lainnya. Tapi mempelajari ilmu agama adalah fardu ‘ain, kewajiban bagi setiap Muslim. Tanpa ilmu, maka semua amalnya akan ditolak.

          Yang pertama harus kita pelajari adalah aqidah atau tauhid yang juga disebut “Ushuluuddiin” (Dasar-dasar Agama). Ini adalah fondasi yang harus kita kuasai. Kita bukan cuma tahu bahwa rukun iman ada 6, tapi juga tahu dalil-dalilnya. Sebagai contoh, beriman kepada Allah. Kita juga harus tahu sifat-sifat Allah seperti wujud (ada). Kita tidak bisa cuma bilang bahwa Allah itu ada. Tapi juga harus bisa membuktikan/menjelaskan dalil-dalil bahwa Allah itu memang ada.
            Tanpa aqidah yang kuat, maka seseorang yang ibadahnya rajin dapat tersesat atau murtad dengan sangat mudahnya.  Setelah aqidah kita kuat dan dilandasi dengan ilmu, baru kita mempelajari Fiqih. Fiqih adalah ilmu yang menjelaskan cara-cara beribadah kepada Allah seperti sholat, puasa, zakat, hubungan dengan sesama manusia, dan sebagainya. Banyak kewajiban mau pun larangan yang harus kita ketahui, ada di kitab-kitab Fiqih.

          Yang harus kita ketahui lagi adalah, ilmu agama harus berlandaskan Al Qur’an dan Hadits yang shahih. Jika satu masalah tidak tercantum dalam Al Qur’an dan Hadits, baru dilakukan ijtihad. Tapi ijtihad ini pun tidak boleh bertentangan dengan Al Qur’an dan hadits. Dalam Kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al Ghazali menulis sebagai berikut : “Wahai, hamba Allah yang rajin menuntut ilmu. Jika kalian menuntut ilmu, hendaknya dengan niat yang ikhlas karena Allah semata-mata. Di samping itu, juga dengan niat karena melaksanakan kewajiban karena menuntut ilmu wajib hukumnya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki maupun perempuan” [HR Ibnu Abdul barr] Janganlah sekali-kali engkau menuntut ilmu dengan maksud untuk bermegah-megahan, sombong, berbantah-bantahan, menandingi dan mengalahkan orang lain (lawan bicara), atau supaya orang mengagumimu. Jangan pula engkau menuntut ilmu untuk dijadikan sarana mengumpulkan harta benda kekayaan duniawi. Yang demikian itu berarti merusak agama dan mudah membinasakan dirimu sendiri.

          Nabi SAW mencegah hal seperti itu dengan sabdanya. “Barangsiapa menuntut ilmu yang biasanya ditujukan untuk mencari keridhaan Allah, tiba-tiba ia tidak mempelajarinya, kecuali hanya untuk Mendapatkan harta benda keduniaan, maka ia tidak akan memperoleh bau harumnya surga pada hari kiamat. ” [HR Abu Dawud]

            Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu, maka baginya neraka…neraka.” [HR Tirmidzi & Ibnu Majah] “Seorang ‘alim apabila menghendaki dengan ilmunya keridhaan Allah, maka dia akan ditakuti oleh segalanya. Akan tetapi, jika dia bermaksud untuk menumpuk harta, maka dia akan takut dari segala sesuatu.”  [HR. Ad Dailami]

1.      Hadis-Hadis tentang kewajiban menuntut ilmu

اطْلُبُوْا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى اللَّحْدِ
“Carilah ilmu sejak bayi hingga ke liang kubur.”
“segala sesuatu yang ada jalannya dan jalan menuju surga adalah ilmu”(hr.dailany) “orang yang paling utama diantara manusia adalah orang mukmin yang mempunyai ilmu,dimana kalau dibutuhkan(orang)dia membawa manfaat /memberi petunjuk dan dikala sedang tidak dibutuhkan dia memperkaya /menambah sendiri pengetahuannya”.(HR.baihaqi)

اطْلُبُوْا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ
"Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri cina".
2. Hukum Menuntut Ilmu
            Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad saw :
Artinya : "Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun
     perempuan". (HR. Ibn Abdulbari).

            Dari hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dangan 'aqaid dan ibadat, baik yang berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup.

Nabi Muhammad saw.bersabda
: مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
            Artinya : "Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula". (HR.Bukhari dan Muslim)

Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah swt.

Rasulullah Saw., bersabda:
مٍطَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ “

Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam” (Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)

            Oleh karena itu, ilmu-ilmu seperti ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu bahasa 'arab, ilmu sains seperti perubatan, kejuruteraan, ilmu perundangan dan sebagainya adalah termasuk dalam ilmu yg tidak diwajibkan untuk dituntuti tetapi tidaklah dikatakan tidak perlu kerana ia adalah daripada ilmu fardhu kifayah. Begitu juga dengan ilmu berkaitan tarekat ia adalah sunat dipelajari tetapi perlu difahami bahawa yg paling aula (utama) ialah mempelajari ilmu fardhu 'ain terlebih dahulu. Tidak mempelajari ilmu fardhu 'ain adalah suatu dosa kerana ia adalah perkara yg wajib bagi kita untuk dilaksanakan dan mempelajari ilmu selainnya tiadalah menjadi dosa jika tidak dituntuti, walau bagaimanapun mempelajarinya amat digalakka Ilmu yang diamalkan sesuai dengan perintah-perintah syara'.
            Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu adakalanya wajib 'ain dan adakalnya wajib kifayah. Sedang ilmu yang wajib kifayah hukum mempelajarinya, ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya. Ilmu yang wajib 'ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan 'aqidah yang wajib dipercayai oleh seluruh muslimin, dan yang perlu di ketahui untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. 

3. Menuntut Ilmu Sebagai Ibadah

            Dilihat dari segi ibadat, sungguh menuntut ilmu itu sangat tinggi nilai dan pahalanya, Nabi Muhammad SAW bersabda ; Artinya : "Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi (maupun petang), kemudian mempelajari satu ayat dari Kitab Allah (Al-Quran), maka pahalanya lebih baik daripada ibadat satu tahun".

Dalam hadist lain dinyatakan :
Artinya : "Barang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia sampai pulang kembali".
            Mengapa menuntut ilmu itu sangat tinggi nilainya dilihat dari segi ibadat?. Karena amal ibadat yang tidak dilandasi dengan ilmu yang berhubungan dengan itu, akan sia-sialah amalnya.

Syaikh Ibnu Ruslan dalam hal ini menyatakan :
            Artinya : "Siapa saja yang beramal (melaksanakan amal ibadat) tanpa ilmu, maka segala amalnya akan ditolak, yakni tidak diterima"
II.3. PEMBAGIAN ILMU
            Dari segi zhahirnya, ilmu mengandung 3 makna berdasarkan 3 jenis ilmu. Namun pada hakikatnya ilmu tetap bersatu. Tidak seorangpun mampu memiliki semua ilmu itu, ataupun mampu mengamalkannya.
            Bagian pertama ayat “Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran” mengandung maksud ilmu Ketuhanan, pengeahuan tetntang Dzat dan tentang asal dan awal semua kejadian. Pemilik ilmu Ketuhanan sudah semestinya mengamalkan ilmu yang dimilikinya, seperti yang dilakukan oleh Nabi. Ilmu inidiberikan kepada orang yang benar dan berani, seorang pahlawan ruhani yang mempertahankan kedudukannya dan berjuang memelihara ilmu tersebut.
            Do’a orang yang istiqamah dalam ilmu keruhanian dan ketuhanan yang tinggi itu sangat makbul. Apabila ia menginginkan sesuatu, maka terjadilah apa yang diinginkannya. Apabila ia menginginkan sesuatu itu lenyap, maka lenyaplah sesuatu itu. Firman Allah : “Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang diberi hikmah, sungguh ia telah diberi kebajikan yang banyak…….” (al-Baqarah:269)
            Jenis ilmu yang kedua adalah ilmu zhahir, yang diibaratkan sebagai tempurung yang melindungi ilmu di dalamnya (ilmu batin/keruhanian/hikmah). Orang yang memiliki ilmu zhahir akan meminta manusia berbuat kebajikan, melakukan apa saja yang diperintahkan Allah, dan meninggalkan larangan-Nya. Nabi Muhammad saw. Memuji mereka yang berbuat demikian. Orang yang berilmu biasanya berdakwah dengan lemah lembut dan sopan santun. Orang yang jahil berdakwah dengan kasar dan marah-marah.
            Jenis ilmu yang ketiga ilmu tentang peraturan dan pengaturan manusia di dunia. Ia ibarat sabut yang melindungi ilmu agama, seangkan ilmu agama ibarat tempurung yang melindungi ilmu hikmah. Ilmu yang ketiga ini diperuntukkan bagi orang-orang yang membimbing manusia untuk meraih kedamaian hidup di bumi ini.
Ayat yang berbunyi, “Bantahlah mereka dengan cara yang baik” menunjukkan tugas bagi mereka yang memiliki ilmu itu. Tugas mereka berupa penzhairan sifat Allah yang bernama al-Qahhar (Yang Maha Gagah dan Menguasai). Dalam hal ini mereka mengawasi pengaturan hidup manusia di dunia agar keadilam, kedamaian, dan hidup yang sentosa dapat tersebar di muka bumi ini sesuai dengan hukum-hukum Allah.
            Nabi saw. Meansihatkan, Selalulah berada di majelis orang-orang yang berhikmat, dan ta’atlah kepada pemerintah yang adil! Allah SWT. Menghidupkan hati yang mati dengan hikmah, sebagaimana Dia menghidupkan bumi dengan tumbuh-tumbuhan dengan cara menurunkan hujan”. Nasihat itu dapat dipahami melalui maksud yang terkandung di dalamnya.
Dalam sebuah sabda yang lainm beliau bersabda, “Hikmah adalah harta seorang Mukmin yang hilang, ia dapat memungutnya di mana saja ia menemukannya”.
            Ketahuilah bahwa segalanya akan kembali ke asalnya masing-masing. Hati, diri, jiwa dan pikiran perlu dibangun dan disadarkan, dihidupkan agar dapat mencari jalan kembali ke asal, Dengarlah panggilannya. Setiap orang hendaknya mencari orang yang memanggilnya, yaitu guru yang mursyid. Ini adalah kewajiban bagi setiap orang.
            Ilmu Sufi (keruhanian dan ketuhanan) merupakan ilmu yang berada di tingkatan yang tinggi. Ilmu Sufi disebut juga sebagai ilmu hikmah Ketuhanan. Itulah ilmu yang membimbing sesorang menuju ke asalnya, yaitu kepada hakikat asalnya. Sedangkan ilmu yang lain, sebaiknya diikuti sebanyak yang diperlukan saja untuk memenuhi tuntutan hidup lahir di dunia ini.
II.4. SUMBER ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM
            Setelah kita mengetahui betapa tinggi perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan dan betapa Allah SWT mewajibkan kepada kaum muslimin untuk belajar dan terus belajar, maka Islampun telah mengatur dan menggariskan kepada ummatnya agar mereka menjadi ummat yang terbaik (dalam ilmu pengetahuan dan dalam segala hal) dan agar mereka tidak salah dan tersesat, dengan memberikan bingkai sumber pengetahuan berdasarkan urutan kebenarannya sebagai berikut.
1. Al-Qur’an dan Sunnah:
            Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber pertama ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan keduanya adalah langsung dari sisi Allah SWT dan dalam pengawasannya, sehingga terjaga dari kesalahan, dan terbebas dari segala vested interest apapun, karena ia diturunkan dari Yang Maha Berilmu dan Yang Maha Adil. Sehingga tentang kewajiban mengambil ilmu dari keduanya, disampaikan Allah SWT melalui berbagai perintah untuk memikirkan ayat-ayat-Nya (QS 12/1-3) dan menjadikan Nabi SAW sebagai pemimpin dalam segala hal (QS 33/21).
2. Alam semesta:
Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk memikirkan alam semesta (QS 3/190-192) dan mengambil berbagai hukum serta manfaat darinya, diantara ayat2 yang telah dibuktikan oleh pengetahuan modern seperti[1] :
  • Ayat tentang asal mula alam semesta dari kabut/nebula (QS 41/11).
  • Ayat tentang urutan penciptaan (QS 79/28-30):
Kegelapan (nebula dari kumpulan H dan He yang bergerak pelan), adanya sumber cahaya akibat medan magnetik yang menghasilkan panas radiasi termonuklir (bintang dan matahari) → pembakaran atom H menjadi He lalu menjadi C lalu menjadi O baru terbentuknya benda padat dan logam seperti planet (bumi) panas turun menimbulkan kondensasi baru membentuk air baru mengakibatkan adanya kehidupan (tumbuhan).
  • Ayat bahwa bintang2 merupakan sumber panas yang tinggi (QS 86/3),
    matahari sebagai contoh tingkat panasnya mencapai 6000 derajat C.
  • Ayat tentang teori ekspansi kosmos (QS 51/47).
  • Ayat bahwa planet berada pada sistem tata surya terdekat (sama ad-dunya) (QS 37/6).
  • Ayat yang membedakan antara planet sebagai pemantul cahaya (nur/kaukab) dengan matahari sebagai sumber cahaya (siraj) (QS 71/16).
  • Ayat tentang gaya tarik antar planet (QS 55/7).
  • Ayat tentang revolusi bumi mengedari matahari (QS 27/88).
  • Ayat bahwa matahari dan bulan memiliki waktu orbit yang berbeda2 (QS 55/5) dan garis edar sendiri2 yang tetap (QS 36/40).
  • Ayat bahwa bumi ini bulat (kawwara-yukawwiru) dan melakukan rotasi (QS 39/5).
  • Ayat tentang tekanan udara rendah di angkasa (QS 6/125).
  • Ayat tentang akan sampainya manusia (astronaut) ke ruang angkasa dengan ilmu pengetahuan (QS 55/33).
  • Ayat tentang jenis-jenis awan, proses penciptaan hujan es dan salju (QS 24/43).
  • Ayat tentang bahwa awal kehidupan dari air (QS 21/30).
  • Ayat bahwa angin sebagai mediasi dalam proses penyerbukan (pollen) tumbuhan (QS 15/22).
  • Ayat bahwa pada tumbuhan terdapat pasangan bunga jantan (etamine) dan bunga betina (ovules) yang menghasilkan perkawinan (QS 13/3).
  • Ayat tentang proses terjadinya air susu yang bermula dari makanan (farts) lalu diserap oleh darah (dam) lalu ke kelenjar air susu (QS 16/66), perlu dicatat bahwa peredaran darah baru ditemukan oleh Harvey 10 abad setelah wafatnya nabi Muhammad SAW.
  • Ayat tentang penciptaan manusia dari air mani yang merupakan campuran (QS 76/2), mani merupakan campuran dari 4 kelenjar, testicules (membuat spermatozoid), vesicules seminates (membuat cairan yang bersama mani), prostrate (pemberi warna dan bau), Cooper & Mary (pemberi cairan yang melekat dan lendir).
  • Ayat bahwa zyangote dikokohkan tempatnya dalam rahim (QS 22/5), dengan tumbuhnya villis yang seperti akar yang menempel dpada rahim.
  • Ayat tentang proses penciptaan manusia melalui mani (nuthfah) zygote yang melekat (’alaqah) segumpal daging/embryo (mudhghah) dibungkus oleh tulang dalam misenhymeN(’izhama)NtulangNtersebutNdibalut oleh otot dan daging (lahma) (QS 23/14).
3. Diri manusia:
Allah SWT memerintahkan agar manusia memperhatikan tentang proses penciptaannya, baik secara fisiologis/fisik (QS 86/5) maupun psikologis/jiwa manusia tersebut (QS 91/7-10).
4. Sejarah:
            Allah SWT memerintahkan manusia agar melihat kebenaran wahyu-Nya melalui lembar sejarah (QS 12/111). Jika manusia masih ragu akan kebenaran wahyu-Nya dan akan datangnya hari pembalasan, maka perhatikanlah kaum Nuh, Hud, Shalih, Fir’aun, dan sebagainya, yang kesemuanya keberadaannya dibenarkan dalam sejarah hingga
saat ini.
II.5 ARAH PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-mu yang menciptakan”..(QS Al Alaq :1)
Tidak bisa dipungkiri dalam pembangunan sebuah peradaban manusia, ilmu pengetahuan memegang peranan yang sangat penting, maju tidaknya sebuah peradaban manusia , salah satunya ditentukan seberapa “majukah “ pengembangan ilmu pengetahuanya. Islam sebagai agama yang bersifat syamil wa mutakammil dimana ajaran- ajarannya mencakup seluruh segi kehidupan manusia,sesungguhnya sangat memperhatikan ilmu (pengetahuan) sebagai salah satu faktor yang dipandang akan mendorong manusia pada kehidupan yang lebih baik.
Banyak sekali nash nash di dalam Al qur’an maupun hadits nabi yang menganjurkan supaya seorang muslim benar benar memperhatikan persoalan ilmu ( pengetahuan ). Beberapa nash Al qur’an yang berbicara tentang persoalan ilmu
“Allah mengakui bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain dari pada Nya dan malaikat malaikat mengakui dan orang orang berilmu,yang tegak dengan keadilan” (QS Ali Imran 18)
            Maka lihatlah bahwasanya, betapa Allah SWT memulai dengan diriNya sendiri,kemudian malaikat dan yang berikutnya adalah orang orang yang berilmu. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT sangat memuliakan orang orang yang berilmu. Pada ayat lain Allah SWT berfirman
“Diangkat oleh Allah orang orang yang beriman daripada kamu dan orang orang yang diberi ilmu dengan beberapa tingkat”(QS Al Mujadalah 11)
“ Katakanlah ! adakah sama antara orang orang yang berilmu dan orang orang yang tidak berilmu?”(QS AzZumar 9)
            Cukuplah kiranya ayat ayat Al qur’an diatas menjadi hujjah bahwasanya islam sebagai agama yang menyeluruh dan komprhensif sangat memuliakan ilmu sebagai salah satu sarana bagi ummat manusia untuk bisa menjadikan kehidupan menjadi lebih baik.Adapun beberapa hadits hadits nabi yang berbicara tentang masalah ilmu adalah sebagai berikut
Nabi saw bersabda: “isi langit dan buni meminta ampun untuk orang yang berilmu”(HR Abu Darda)
Nabi saw bersabda: “manusia yang terdekat kepada derajat kenabian ialah orang yang berilmu dan berjihad.Adapun orang yang berilmu, maka memberi petunjuk kepada manusia akan apa yang dibawa Rosul Rasul.Dan orang orang yang berjihad, maka berjuang dengan pedang membela apa yang dibawa para rasul itu” (HR Abu Naim dari Ibnu Abbas)
Nabi saw bersabda:“Kelebihan orang berilmu dari orang abid(orang yang banyak ibadahnya)seperti kelebihanku dari orang yang paling rendah dari sahabatku”(HR Tirmidzi)
            Dari paparan diatas semakin nyatalah terlihat bahwasnya islam memang benar benar sangat memperhatikan persoalan ilmu ini. Islam pernah mengalami masa keemasan dimana pada saat itu,islam menjadi pusat peradaban dunia,kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai sekarang tidak bisa dipungkiri sesungguhnya berkat sumbangsih dari peradaban islam yang pernah mengalami kejayaan.Bertolak belakang dengan keadaan ummat muslim ketika mencapai masa keemasan barat sedang berada pada masa yang disebut sebagai abad kegelapan(dark age). Berbeda dengan kondisi saat ini ummat islam mengalami kemunduran yang cukup drastis dalam hal ilmu pengetahuan. Wacana yang sekarang muncul berkaitan dengan islam adalah islam sama dengan tradisional:kolot:miskin:terbelakang .dan stigma stigma buruk lainnya.Sebagai seorang muslim menjadi kewajiban kita semua untuk bisa menegakan kembali kejayaan dhien yang haq ini di muka bumi,karena sesungguhnya kita mempunyai dua buah modal yang sangat luar biasa,yang seharusnya mampu mengantarkan ummat islam ini meraih kembali kejayaannya.Dua modal besar itu adalah al qur’an dan al hadits.
            Sebagian besar sejarawan modern sepakat bahwasanya Al qur’an dan Al hadits adalah pendorong utama kemajuan ilmu dan peradaban islam yang pernah dicapai. Sehingga pada dasarnya kunci utama bangkitnya kembali ilmu dan peradaban islam adalah dengan kembali kepada Alquran dan Al hadits.karena sesungguhnya di dalam al quran dan alhadits kaya akan konsep konsep bagaimana seharusnya pengembangan ilmu(sebagai salah satu upaya untuk membangkitkan lagi peradaban islam )dilakukan dan sesungguhnya konsep konsep ini sudah terbukti ampuh.Sejarah membuktikan bahwasanya kejayaan yang pernah diraih ummat islam dicapai melalui penggalian secara mendalam terhadap al quran dan alhadits.
Sejarah munculnya tradisi keilmuan dalam islam
            Secara historis tradisi intelektual dalam islam dimulai dari pemahaman terhadap Al qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhamad SAW, secara berturut turut dari periode mekkah sampai madinah. Munculnya tradisi keilmuan dalam islam secara umum dapat dibagi menjadi tiga periode. Periode pertama dimana pada periode ini lahirlah pandangan hidup islam.Periode kedua dimulai ketika timbul kesadaran bahwa wahyu yang turun (sudah menajdi pandangan hidup) pada dasarnya mengandung struktur fundamental dari apa yang disebut dengan scientific worldview. Periode ketiga adalah lahirnya tradisi keilmuan dalam islam, dimana tradisi keilmuan ini lahir dari konsekuensi logis dari adanya struktur pengetahuan dalam islam.
            Dari proses lahirnya pandangan islam yang tergambar dari tiga periode diatas dapat disimpulkan bahwa islam adalah agama yang sarat dengan ajaran yang mendorong timbulnya ilmu pengetahuan.Ajaran tentang ilmu pengetahuan dalam islam yang cikal bakalnya adalah konsep konsep dasar dalam wahyu itu kemudian ditafsirkan kedalam berbagai bentuk kehidupan dan akhirnya terakumulasi dalam sebuah bangunan peradaban yang kokoh.Suatu peradaban yang lahir dan tumbuh atas dukungan tradisi intelektual yang berbasis pada wahyu.
Di dalam sejarah timbulnya tradisi kelimuan dalam islam, juga dikenal adanya medium transformasi dalam bentuk institusi pendidikan yang disebut al-Suffah dan komunitas intelektualnya disebut ashab al suffah .Ashab al suffah ini adalah gambaran terbaik institusionalisasi kegiatan belajar mengajar dalam islam dan merupakan tonggak awal tradisi intelektual dalam islam dimana obyek kajiannya berpusat pada wahyu.Materi kajiannya tidak dapat disamakan dengan materi diskusi spekulatif di Ionia yang menurut orang barat merupakan tonggak lahirnya tradisi keilmuan Yunani, bahkan kebudayaan barat itu sendiri diklaim lahir dari aktivitas ini.Dari komunitas inilah lahir para intelektual islam yang merupakan pakar pakar dalam hadits nabi.
Pengaruh pengembangan ilmu dalam bangunan peradaban islam
            Ditilik dari sejarah,menurut al hasan ada empat faktor mengapa peradaban islam berkembang pesat di masa lalu.Faktor faktor itu adalah kekuasaan,ekonomi, stabilitas politik dan sarana pengembangan ilmu.Sesudah Rosululloh SAW wafat, beliu telah meletakan dasar dasar yang merupakan bekal yang sangat berharga bagi generasi penerusya. Salah satunya adalah ashab al suffah yang menjadi cikal bakal tradisi intelektual islam.Jika dianalogikan dengan sebuah kurva, maka sesudah masa Rosululloh SAW maka peradaban islam sedang merangkak naik sehingga pada akhirnya menjadi pusat peradaban dunia.Dimulai dari masa khulafaur rasyidin, dinasti umayah,dinasti abasiyah dan kesultanan turki usmani. Memang didalam perjalananya kita juga mengakui ada masa naik dan turun juga. Tetapi secara umum bisa dikatakan pada saat itu islam benar benar menjadi “pusat perhatian” bagi dunia..
Pandangan hidup yang berasal dari Al quran dan assunnah, benar benar menjadi “modal berharga” yang termanfaatkan dengan baik pula. Mereka merambah komunitas sahabat, thabiin,tabi tahbiin dan ulama ulama pewarisnya yang diikat dalam pandangan hidup, visi misi kegamaan yang sama sehingga menjadi ummat besar yang menyatukan bangsa bangsa di dunia.
            Pengembangan ilmu pengetahuan dalam konsepsi islam Pada dasarnya pengembangan ilmu pengetahuan dalam perpektif islam dipusatkan pada konsepsi tauhid. Manusia sebagai subyek dari ilmu, diharapkan akan semakin bertambah keyakinananya terhadap Allah SWT sehingga hasil akhir dari sebuah pengembangan ilmu pengetahuan dalam pandangan islam,selalu dikembalikan kepada “pusat” pengetahuan itu sendiri yaitu Allah SWT.
            Dari QS Al Alaq 1 sebagai prolog dari tulisan ini, terlihat dengan jelas kosepsi yang sudah saya sebutkan diatas. “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu”. Mengenai ayat ini Sayyid Qutb dalam tafsirnya yang sangat terkenal Fi Zhilalil Qur’an mengatakan..”kemudian tampaklah sumber pengajaran dan ilmu pengetahuan bahwa sumbernya adalah Allah. Dari Nya lah manusia mengembangkan apa yang telah dan akan diketahuinya. Juga, dari Nyalah manusia mengembangkan apa yang dibukakan untuknya tentang rahasia rahasia semesta, kehidupan, dan dirinya sendiri.Semua itu dari sana,dari sumber satu satunya itu,yang tidak ada sumber lain disana selain Dia “. Manusia yang dilahirkan dari proses ini adalah manusia insan kamil atau manusia yang universal.
            Berbeda dengan konsepsi barat ,pengembangan ilmu yang dilakukan seolah olah melepaskan Tuhan. Tuhan seakan akan menjadi penghalang dalam pengembangan ilmu sehingga harus dikucilkan Tuhan tidak mereka ikutsertakan dalam penggalian dan pengembangan ilmu yang mereka lakukan. Mereka meletakan manusia diatas segala galanya. “Manusia adalah ukuran dari segala sesutau,segala sesuatu yang ada adalah ada,dan segla sesutau yang tuidak ada adalah tidak ada,”Maka lahirlah manusia manusia yang sekuler dan materialistik. Tetapi sayangnya di sebagian negara negara yang mayoritas penduduknya muslim, konsepsi pendidikan dalam pandangan barat lah yang sering dipakai, menjadi tugas kita semua untuk bisa mengembalikan proses pengembangan ilmu yang dilakukan adalah sesuai dengan konsepsi islam.
            Dari gambaran sejarah bangun dan jatuhnya peradaban islam. Secara umum ada tiga hal penting yang patut kita catat. Pertama peradaban islam dimulai dari komunitas kecil yang bergiat mempelajari Al Quran dan assunnah. Kedua komunitas yang dipengaruhi oleh pandangan hidup yang bersumber dari Al quran dan assunnah tersebut kemudian semakin berkembang sehingga membentuk institusi yang berbentuk negara, karena universalitas islam maka negara bangsa tadi dilebur menjadi satu dibawah naungan al islam. Ketiga walaupun kekuatan dan orientasi politik ummat islam begitu besar, namun visi misi yang diusung adalah hampir sama yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan..
            Jika dimasa lalu peradaban islam dibangun dengan pengembangan ilmu pengetahuan yang bersumber pada Al quran dan assunnah maka di masa sekarang seperti itu pula kita membangun peradaban islam pada masa sekarang., Namun, di masa kini kondisi politik dan ekonomi ummat islam tidak mendukung pengembangan ilmu pengetahuan islam,”sama persis” seperti masa lalu.. Selain itu masuknya nilai nilai barat seperti demokrasi, sekularlisme, liberalisme, kapitalisme, sosialisme dan lain sebagainya telah memepengaruhi dan bahkan merubah cara berfikir ummat islam, sehingga diperlukan adanya proses yang disebut rekonstruksi prinsip ilmu, dimana proses ini unuk mengembalikan ilmu penegtahuan dalam islam kedalam ‘khitahnya’, yaitu bersumber pada Al quran assunnah Untuk bisa semakin ‘mengislamisasi ‘ pengetahuan maka diperlukan sebuah sarana untuk bisa semakin menyebarluaskan proses ini. Di masa sekarang institusi pendidikan adalah sarana yang paling tepat untuk bisa melakukan proses ini, terutama melalui universitas. Di dalam islam, universitas berperan dalam pendidikan kearah individu yang memahami kedudukan dirinya baik dalam konteks hubungannya dengan Allah SWT, dengan sesama manusia serta tentang dirinya sendiri.
 
II.6. CIRI-CIRI SEORANG ILMUWAN YANG MUSLIM
            1. Bersungguh2 belajar (QS 3/7). Seorang muslim sangat menyadari akan hakikat semua aktifitas hidupnya adalah dalam rangka pengabdiannya kepada Allah SWT, sehingga dirinya haruslah mengoptimalkan semua potensi yang dimilikinya untuk sebesar2nya digunakan meningkatkan taraf hidup kaum muslimin.
2. Berpihak pada kebenaran (QS 5/100). Seorang muslim sangat menyadari bahwa ilmu yang bermanfaat yang didapatnya itu kesemuanya dari sisi Allah SWT. Allah-lah yang telah mengajarinya dan membuatnya bisa mengenal alam semesta ini. Sehingga sebagai konsekuensinya, maka ia haruslah berpihak kepada kebenaran yang telah diturunkan Allah SWT, tidak peduli ia harus berhadapan dengan para oportunis, dan tidak peduli walaupun yang berpihak kepada kebenaran itu sangat sedikit. Karena ia tahu bahwa saat menghadap Allah SWT kelak, masing2 akan mempertanggungjawabkan perbuatannya sendiri2 dan Allah SWT tidak akan menyia2-kan setiap perbuatan walaupun kecil (QS 99/7-8).
3. Kritis dalam belajar (QS 39/18). Setiap muslim mengetahui bahwa kebenaran yang terkandung dalam ilmu pengetahuan yang dipelajarinya bersifat relatif dan tidak tetap. Sehingga ia selalu berusaha bersifat kritis dan tidak menelan bulat2 apa yang dipelajarinya dari berbagai ilmu pengetahuan modern tanpa melakukan suatu pengujian dan eksperimen.
Bisa saja suatu saat nanti teori yang saat ini dianggap benar akan ditinggalkan, karena kebenaran teori bersifat akumulatif, sehingga dengan semakin berlalunya waktu maka akan semakin mengalami penyempurnaan. Hal ini berbeda dengan kebenaran al-Qur’an yang bersifat absolut karena ia diturunkan oleh Yang Maha Mengetahui akan kebenaran.
4. Menyampaikan ilmu (QS 14/52). Sifat kaum muslimin yang keempat adalah berusaha mengamalkan ilmu yang sudah didapatnya dengan berusaha menyampaikannya sedapat mungkin kepada orang lain. Karena pahala ilmu yang telah dipelajari akan menjadi suatu amal yang tidak pernah putus walaupun ia telah tiada, jika telah menjadi suatu ilmu yang bermanfaat.
5. Sangat takut pd Allah SWT (QS 65/10). Sifat yang kelima dari seorang ilmuwan muslim adalah bahwa dengan semakin bertambahnya ilmu pengetahuan yang didapatnya maka ia merasa semakin takut kepada Allah SWT. Hal ini disebabkan karena dengan semakin banyaknya ilmunya, maka semakin banyak rahasia alam semesta ini yang diketahuinya dan semakin yakinlah ia akan kebenaran firman Allah SWT dalam kitab-Nya. Bukan sebaliknya, semakin pandai maka semakin jauh ia kepada Allah SWT.
6. Bangun diwaktu malam (QS 39/9). Ciri seorang ilmuwan muslim yang keenam sebagai konsekuensi dari ciri kelima diatas adalah bahwa dengan semakin yakinnya ia kepada penciptanya maka akan semakin banyak ia beribadah kepada-Nya dan sebaik2 ibadah adalah ibadah yang dilakukan diwaktu malam (QS 32/16).




BAB III
PENUTUP
III. 1. KESIMPULAN 
            Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah swt. Kebodohan hanya akan menghantarkan pemiliknya kepada jurang kehancuran dan kehinaan. Menyadari kebodohan adl suatu keberuntungan. Tidak menyadari kebodohan adalah suatu kebodohan di atas kebodohan. kita  kaum muslimin dalam segala bidang saat ini tidak lain merupakan akibat dari kebodohan dan keengganan kita menuntut ilmu atau sudah menuntut ilmu namun jauh dari mengamalkannya. Kadang kita tahu yg baik namun kita berbuat sebaliknya. Kita tahu yg buruk namun kita enggan meninggalkannya. Kita sudah berkubang lumpur namun tidak mau membersihkannya.
            Sesungguhnya ilmu adl cahaya dan petunjuk sedangkan kebodohan adl kegelapan dan kesesatan. Pelajarilah apa yg telah Allah turunkan kepada rasul-Nya yaitu Alquran. Belajarlah dari para ulama krn ulama sesungguhnya adl pewaris para nabi. Sedangkan para nabi tidak mewariskan harta benda dinar ataupun dirham. Mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa yg berpegangan kepadanya berarti ia telah mendapatkan bagian yg banyak dari warisan mereka. Tuntutlah ilmu krn ia merupakan kemuliaan di dunia dan akhirat dan pahala yg terus-menerus sampai hari kiamat.
III.2. SARAN
            Masihkan kita tidak menyadari betapa kita saat ini hanya menjadi korban permainan musuh-musuh kita hanya krn kita bodoh? Sudah saatnya tiap kita merenung dan introspeksi diri kemudian bangkit memperbaiki kesalahan dan saling bahu membahu dalam ketakwaan dan kebajikan. Saatnya musuh kita menyadari bahwa singa telah bangun; bahwa kita tidak lemah. Itu dapat kita lakukan dgn menjadi umat yg berilmu dan mengamalkannya. Kaum Muslimin rahimakumullah.Ketahuilah bahwa ilmu tidak didapat dgn berkhayal dan berangan-angan tapi dgn perjuangan dan kesungguhan serta pengorbanan. Namun hasil yg akan didapatkan pasti lbh manis dari yg dibayangkan. Maka janganlah putus harapan teruskan perjuangan dan tawakkallah kepada Allah semata kepada-Nyalah minta pertolongan. Allah adl sebaik-baik Penolong bagi kita. Al-Islam

DAFTAR PUSTAKA

Hadisaputra ihsan .1981.Anjuran untuk Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan Pengalamannyan.nSurabayan;nAlnnIkhlas
Http:\\www.geocities.com\broadway\4516\
http://www.alhamidiyah.com/?v=fatwa&baca=19


Tidak ada komentar:

Posting Komentar